7 Penyebab Orang Kaya Selalu Dianggap Penindas Masyarakat

7 Penyebab Orang Kaya Selalu Dianggap Penindas Masyarakat

Foto Karya seni berjudul "Abolition of the Slave Trade Or" adalah gambar karya Vintage Design Pics. Karya ini diunggah pada 18 Juli 2015-Fine Art America-

Tanpa dukungan finansial dari donatur besar, calon politikus hampir tidak mungkin bersaing. Namun, tentu saja, donasi ini tidak diberikan tanpa harapan imbal balik, entah dalam bentuk kebijakan yang menguntungkan bisnis mereka atau perlindungan hukum atas praktik-praktik bisnis yang meragukan.

BACA JUGA:5 Daftar Artis Terkaya di Indonesia Tahun 2024, Nomor 3 Paling Favorit

BACA JUGA:10 Keluarga Terkaya di Dunia Pada 2024, Ini Bisnis Mereka

Kedua, orang kaya sering memanfaatkan lobi politik untuk mempengaruhi kebijakan publik. Mereka dapat mendorong regulasi yang menguntungkan mereka, seperti pajak yang lebih rendah untuk korporasi atau subsidi energi yang lebih banyak untuk industri mereka.

Sementara itu, kebijakan yang seharusnya membantu masyarakat kecil, seperti kenaikan upah minimum atau perlindungan tenaga kerja, sering kali tertahan karena dianggap merugikan dunia usaha. Hal ini membuat masyarakat merasa bahwa politik hanya melayani kepentingan orang kaya, bukan rakyat biasa. Ketika mereka melihat politisi lebih sibuk menemui pengusaha besar daripada turun ke lapangan untuk mendengar suara rakyat, stigma terhadap orang kaya sebagai penindas semakin kuat.

Yang lebih ironis, orang kaya memiliki kemampuan untuk menjual citra mereka sebagai dermawan melalui media atau kegiatan amal besar-besaran. Namun, di balik layar, mereka sering terlibat dalam aktivitas politik yang justru memperparah ketimpangan sosial. Ini menciptakan kontradiksi yang membuat masyarakat semakin skeptis terhadap niat baik mereka.

Setelah semua ini, Anda mungkin bertanya, apakah kita harus membenci orang kaya? Jawabannya tidak sesederhana itu. Permasalahannya bukan hanya soal individu, tetapi juga soal sistem yang memungkinkan ketimpangan ini terjadi.

Orang kaya memang memiliki peran besar dalam menciptakan perubahan, tetapi perubahan tersebut hanya bisa terjadi jika ada kesadaran dan niat untuk memperbaiki sistem yang ada. Masyarakat juga harus mulai sadar bahwa solusi tidak bisa datang hanya dari atas.

Kita harus mulai membangun solidaritas di tingkat akar rumput, karena pada akhirnya, perubahan hanya bisa terjadi jika kita semua terlibat, bukan hanya mereka yang berada di puncak.

Sumber: catanomika