7 Penyebab Orang Kaya Selalu Dianggap Penindas Masyarakat
Foto Karya seni berjudul "Abolition of the Slave Trade Or" adalah gambar karya Vintage Design Pics. Karya ini diunggah pada 18 Juli 2015-Fine Art America-
Karena fokus utama mereka adalah keuntungan, mereka cenderung mencari cara untuk menekan biaya produksi, termasuk dengan menggaji buruh serendah mungkin. Ini adalah salah satu bentuk eksploitasi yang sangat umum dalam dunia kapitalisme.
Eksploitasi ini bukan hanya berkaitan dengan gaji rendah, tetapi juga mencakup cerita tentang pekerja yang tidak memiliki jaminan kesehatan, kondisi kerja yang tidak aman, bahkan waktu kerja yang tidak manusiawi.
Apakah Anda pernah mendengar tentang buruh pabrik di negara berkembang yang bekerja 12 jam sehari dengan bayaran yang tidak sampai setengah dari upah yang layak, sementara pemilik pabrik hidup dengan aman di rumah mewah mereka?
Yang membuat sistem ini semakin membuat frustrasi adalah kenyataan bahwa buruh sering kali tidak memiliki pilihan lain. Jika mereka mengajukan protes, mereka bisa dipecat dan kehilangan sumber penghidupan mereka. Dari sinilah stigma mengenai orang kaya sebagai penindas semakin kuat, karena mereka dianggap memanfaatkan posisi mereka untuk menekan yang lebih lemah demi keuntungan pribadi.
2. Kemudahan Akses Sumber Daya
Akses terhadap pendidikan, kesehatan, atau bahkan kesempatan kerja sering kali bergantung pada satu hal, yaitu uang. Anak-anak dari keluarga kaya memiliki keuntungan besar sejak lahir. Mereka bisa masuk ke sekolah terbaik, mendapatkan pendidikan tambahan, atau bahkan pergi ke luar negeri untuk mencari pengalaman baru.
Bandingkan dengan anak-anak dari keluarga miskin yang harus puas dengan sekolah dengan fasilitas minim, guru yang kurang kompeten, dan kurikulum yang kadang sudah ketinggalan zaman. Hal ini membuat mereka sulit bersaing ketika memasuki dunia kerja.
Masalah yang sama juga terlihat di sektor kesehatan. Jika Anda sakit dan tidak memiliki uang, Anda hanya bisa pasrah. Rumah sakit yang baik, dokter spesialis, dan obat-obatan canggih sering kali di luar jangkauan kebanyakan orang.
Ini bukan hanya masalah individu, tetapi juga terkait dengan struktur yang membuat mereka yang kaya terus mendapatkan layanan terbaik, sementara yang miskin harus berjuang lebih keras hanya untuk bertahan hidup. Ketimpangan akses ini membuat banyak orang merasa bahwa orang kaya tidak hanya lebih diuntungkan, tetapi juga secara tidak langsung mengambil kesempatan dari orang lain.
Ini adalah salah satu alasan mengapa stigma negatif terhadap orang kaya terus ada, karena mereka terlihat memiliki semua jalan pintas yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.
3. Pola Bisnis Hanya Menguntungkan Orang Kaya
Anda pasti familiar dengan nama-nama besar seperti Amazon, Walmart, atau Unilever, perusahaan-perusahaan yang tidak hanya raksasa di industrinya, tetapi juga memiliki kekuatan luar biasa untuk memonopoli pasar.
Namun, apa yang terjadi di balik kesuksesan mereka? Model bisnis perusahaan besar sering kali menekan usaha kecil. Mereka bisa menurunkan harga hingga level yang tidak masuk akal hanya untuk menyingkirkan pesaing. Ketika usaha kecil tidak mampu bertahan, perusahaan besar ini menjadi salah satu pemain utama di pasar.
Setelah tidak memiliki pesaing, mereka mulai menaikkan harga dan mendikte pasar sesuai keinginan mereka. Dampaknya jelas: konsumen, terutama dari kelas bawah, harus membayar lebih mahal untuk barang dan jasa yang mereka butuhkan. Di sisi lain, pengusaha kecil kehilangan mata pencaharian mereka, sementara pemilik perusahaan besar ini terus mengumpulkan keuntungan yang tidak terbayangkan.
Dari luar, model bisnis ini mungkin terlihat efisien, tetapi bagi masyarakat kecil, ini adalah bentuk penindasan modern. Orang kaya menggunakan kekuatan mereka untuk mengontrol pasar, sementara masyarakat biasa harus menerima dampaknya tanpa memiliki kekuatan untuk melawan.
4. Budaya Survival of the fittes
Dalam dunia kapitalisme modern, terdapat istilah yang disebut survival of the fittest, yang berarti yang kuat akan bertahan sementara yang lemah akan tersingkir. Namun, coba pikirkan, siapa yang dianggap kuat dalam sistem ini?
Jawabannya selalu sama: mereka yang memiliki modal, koneksi, dan akses ke sumber daya. Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang usaha kecil yang tidak mampu bertahan karena munculnya bisnis besar atau waralaba.
Sumber: catanomika