Arti Open Minded yang Sebenarnya Menurut Ahli, Bukan Menjadi Menyebalkan

Arti Open Minded yang Sebenarnya Menurut Ahli, Bukan Menjadi Menyebalkan

Arti open minded yang sebenarnya menurut ahli-Ilustrasi/RJ-

RADAR JABAR - Pada pertengahan tahun 2000-an banyak yang beripikiran bahwa jika semakin banyak orang Indonesia yang berpikiran terbuka atau ‘open minded’, maka negara ini akan menjadi lebih baik.

Orang-orang akan lebih toleran dan saling memahami satu sama lain. Pada saat itu, banyak yang berharap bahwa dengan meningkatnya jumlah orang yang open minded, maka kondisi akan menjadi sedikit lebih baik.

Namun, sekarang kita melihat bahwa semakin banyak orang yang mengaku open minded, tapi kenyataannya tidak seperti yang kita bayangkan. Bahkan terkadang orang yang mengaku ‘open minded’ kerap memaksakan kehendak sesuai keinginan mereka.

Seharusnya seseorang yang open minded akan bersikap toleran terhadap kepercayaan orang lain. Ketika Anda merasa tersinggung oleh kepercayaan seseorang atau pandangan bahwa Tuhan ada, sementara Anda tidak percaya, apa yang membedakan Anda dari kelompok-kelompok yang Anda benci?

BACA JUGA:Stereotip Kehidupan 'Anak Jaksel' dari Konsep Budaya hingga Kesehatan Mental

Ini hanyalah perbedaan sudut pandang di sekitar topik yang sama. Jadi, jika Anda merasa tidak suka terhadap orang lain karena mereka memiliki pandangan berbeda. Anda hanya akan memilih salah satu tindakan, yaitu membiarkan dan menghargai mereka dengan kepercayaannya, atau menyerang kepercayaan mereka dengan teori yang menurut Anda benar.

Misalnya, jika Anda tidak beragama, bukan berarti Anda bisa merendahkan atau menyerang orang yang beragama. Penting untuk diingat bahwa orang yang beragama tidak selalu menyerang atau mengganggu Anda. Ini adalah salah satu hal yang membuat saya bingung, mengapa orang yang open minded terkadang sama saja dengan orang yang konservatif.

Baik orang yang open minded maupun mereka yang konservatif, keduanya bisa saja terlalu memaksakan pandangan dan pikiran mereka kepada orang lain. Tapi, tidak semua orang begitu. Inilah sebabnya mengapa saya menyebutnya sebagai "oknum" sebelumnya. Saya juga mengenal beberapa teman dekat yang ateis atau agnostik yang sangat bisa memahami pandangan berbeda itu di dalam masyarakat.

Arti Toleransi Menurut Ahli

Mengacu pada teori toleransi yang diperkenalkan oleh Karl Popper. Dia menulis sebuah buku pada tahun 1930-an atau 1940-an yang berjudul "The Open Society and Its Enemies" (Masyarakat Terbuka dan Musuh-Musuhnya).

BACA JUGA:5 Penyebab dan Ciri-Ciri Orang Gangguan Mental di Era Digital, Jangan Remehkan Gejalanya!

Dalam buku tersebut, dia mengembangkan teori toleransi di mana dia menyatakan bahwa kelompok toleran seharusnya tidak toleran terhadap kelompok intoleran.

Intinya, toleransi harus memiliki batas dan parameter, dan tidak boleh memberi ruang terlalu luas bagi orang-orang yang intoleran. Popper berpendapat bahwa jika toleransi dibawa terlalu jauh, itu dapat merusak masyarakat toleran itu sendiri.

Namun, pada tahun 1971, seorang filsuf bernama John Rawls tidak setuju dengan pendapat Popper ini. Dia berpendapat bahwa kelompok toleran juga harus toleran terhadap kelompok intoleran. Ada perbedaan pendapat di sini, tetapi satu hal yang disepakati adalah bahwa setiap orang berhak mempertahankan keamanan dan membatasi diri dari hal-hal yang mereka tidak suka atau tidak setuju.

Apakah Anda setuju dengan pandangan Popper atau Rawls? yang perlu diingat adalah bahwa keyakinan agama yang kuat tidak boleh membuat Anda menghakimi atau merendahkan orang yang tidak beragama atau bahkan menzalimi mereka.

Arti Open Minded yang Sebenarnya

Sumber: