5 Penyebab dan Ciri-Ciri Orang Gangguan Mental di Era Digital, Jangan Remehkan Gejalanya!
Penyebab dan ciri-ciri orang gangguan mental di era digital-Pixab/Mohamed hasan-
RADAR JABAR – Sebanyak 2,45 juta remaja di Indonesia diperkirakan mengalami gangguan jiwa. Angka ini didasarkan pada hasil temuan survei nasional Indonesia pada Oktober 2022. Data ini mengungkapkan bahwa satu dari 20 remaja di Indonesia atau sekitar 5,5% didiagnosis dengan gangguan mental.
Bagi sebagian generasi tua atau boomers, masalah kesehatan mental mungkin hanya dianggap sebagai lelucon. Tetapi untuk generasi milenial dan generasi Z banyak yang menilai gangguan mental adalah masalah yang serius. Kami akan mencoba mengurai secara lengkap penyebab dan ciri-ciri orang gangguan mental pada masyarakat di era digital ini.
Sayangnya, masalah ini sering dianggap berlebihan, bahwa kita dianggap terlalu rapuh dan lemah ketika membandingkan permasalahan antargenerasi, yang sebenarnya sangat tidak relevan. Setiap generasi memiliki tantangannya sendiri dan memiliki masalahnya sendiri.
Penyebab Gangguan Mental di Era Digital
Bagaimana kabarmu? Apakah kamu masih waras sampai sekarang? Jika kamu merasa tidak baik-baik saja, percayalah bahwa semua ini akan berlalu. Hal-hal buruk akan membuatmu lebih dewasa, dan hal-hal berat akan membuatmu lebih kuat. Meski kamu sedang sedih, suatu saat kamu akan pulih.
1. Persaingan Skill
Salah satu faktor penyebab yang mungkin berkontribusi pada masalah ini adalah gadget dan perkembangan teknologi. Meskipun teknologi katanya membawa kemudahan, nyatanya juga membawa masalah baru di era digital.
Manusia tidak lagi hanya bersaing dengan manusia lainnya, tetapi juga perlahan-lahan bersaing dengan mesin-mesin. Hal-hal yang dulu dianggap sebagai skill khusus, saat ini dapat dilakukan dengan mudah dalam satu sentuhan.
BACA JUGA:3 Makanan yang Harus Dihindari Orang Gangguan Kecemasan
Skill yang telah dipelajari bertahun-tahun tiba-tiba menjadi tidak berharga ketika digantikan dengan aplikasi yang bisa digunakan oleh siapa saja.
2. Adanya Kompetisi dari Hal Terkecil sampai Besar
Generasi sebelumnya mungkin sudah sangat bangga jika telah menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi, namun sekarang persaingan semakin berat. Banyak orang melanjutkan pendidikan hingga tingkat S2 bahkan S3, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Ini menuntut kita untuk berlari dengan cepat mengejar ketertinggalan. Sementara itu, media sosial membuat kita mudah membandingkan hal-hal seperti makanan yang kita konsumsi, tempat yang kita kunjungi, barang yang kita beli, pencapaian-pencapaian baru, hingga standar penghasilan dan tabungan. Jika kita tidak dapat mengikuti, kita merasa kalah dan tak berdaya.
Beberapa orang memilih mengikuti hasil budaya untuk mencapai standar-standar tersebut, namun kemudian mereka mengalami stres berat hingga Burnout. Sementara itu, ada juga yang memilih untuk diam dan menarik diri dari lingkungan sosial, yang kemudian dianggap sebagai antisosial, aneh, dan tak punya teman.
"Ada satu cara untuk mencapai kebahagiaan, yaitu dengan berfokus pada hal-hal yang berada di bawah kekuasaan kita." Kesehatan mental adalah hal yang berkaitan dengan batin dan jiwa.
Sumber: