Penyebab Generasi Muda Sekarang Semakin Malas, Waspada Overstimulation Dopamin

Penyebab Generasi Muda Sekarang Semakin Malas, Waspada Overstimulation Dopamin

Penyebab Generasi Muda Sekarang Semakin Malas-Ist-

RADAR JABAR - Pernahkah Anda merasa bahwa orang-orang zaman sekarang, terutama generasi muda semakin malas melakukan hal-hal yang dianggap berat namun penting? Pertanyaannya, apakah kita benar-benar malas, ataukah otak kita telah berubah akibat pengaruh teknologi?

Ada satu hal yang terlihat sepele namun sebenarnya diam-diam dapat membuat kita kehilangan semangat hidup. Hal ini bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan, melainkan kenyataan yang, jika dibiarkan, akan berdampak pada masa depan Anda. Masalah yang dimaksud di sini adalah overstimulation dopamin instan.

Apa itu overstimulation dopamin, bagaimana pengaruhnya terhadap otak sehingga membuat kita malas, dan bagaimana cara menghindarinya?

Menurut artikel dari neurolaunch.com, overstimulation dopamin adalah kondisi ketika otak kita dibanjiri rangsangan secara berlebihan, terlalu sering, dan terlalu cepat.

Contoh sederhana dari hal ini adalah notifikasi ponsel, aktivitas doom scrolling (scrolling tanpa henti hingga lupa waktu), bahkan konsumsi makanan cepat saji yang tinggi gula. Hal-hal ini disebut sebagai instant gratification, yaitu aktivitas yang memberikan kepuasan instan tanpa memerlukan upaya yang berarti.

Sebaliknya, lawan dari instant gratification adalah aktivitas produktif yang memberikan kebahagiaan setelah dilakukan, seperti belajar, berolahraga (gym), atau meraih prestasi tertentu.

BACA JUGA:Rahasia Aktivitas Otak Orang Malas dan Orang Rajin, Ini yang Membedakannya

BACA JUGA:Mengenal Tingkatan Orang Malas dan Tujuannya, Jangan Dibiarkan!

Masalah besar terjadi ketika otak kita terus-menerus dihujani instant gratification seperti scrolling media sosial atau menonton serial Netflix secara maraton. Akibatnya, otak kita banjir dengan dopamin yang dihasilkan dari aktivitas yang minim usaha atau tidak produktif.

Mengapa hal ini menjadi masalah besar? Bukankah wajar jika kita merasa senang saat scrolling media sosial?

Masalahnya, ketika otak kita terlalu sering mengalami overstimulation, maka otak secara fisik dan fungsional berubah. Ya, Anda tidak salah dengar—otak kita berubah. Aktivitas yang biasanya membutuhkan usaha panjang, seperti belajar, bekerja, atau berolahraga, mulai terasa membosankan.

Mengapa? Karena jumlah dopamin yang dihasilkan dari aktivitas produktif seperti membaca jauh lebih kecil dibandingkan dengan dopamin instan yang diperoleh dari scrolling Instagram, bermain gim, atau mengonsumsi makanan cepat saji.

Otak manusia pada dasarnya dirancang untuk bertahan hidup dengan menyukai aktivitas produktif yang bermanfaat untuk masa depan. Namun, karena terbiasa mencari jalan pintas menuju kesenangan, kita cenderung memilih kepuasan instan dibandingkan usaha jangka panjang. Akibatnya, meskipun Anda sadar dan tahu bahwa Anda memiliki tugas atau pekerjaan penting, memulainya terasa sangat berat.

Menurut ilmu neurosains, yang mempelajari saraf dan otak, otak memiliki reward system atau sistem penghargaan. Instant gratification, seperti doom scrolling, yang menyebabkan overstimulation, merusak sistem ini. Akibatnya, aktivitas produktif yang sebelumnya memberi rasa puas atau semangat—seperti membaca buku atau bekerja—menjadi terasa biasa saja atau bahkan membosankan.

Sumber: