Rahasia Aktivitas Otak Orang Malas dan Orang Rajin, Ini yang Membedakannya
Rahasia Aktivitas Otak Orang Malas-Ilustrasi/Unsplash-
RADAR JABAR - Pasti kalian pernah berniat melakukan sesuatu yang produktif, namun akhirnya hanya menghabiskan waktu dengan scrolling sepanjang hari.
Mungkin kalian bahkan sudah merencanakan kegiatan produktif sebelum tidur untuk dilakukan keesokan harinya, seperti, "Besok aku mau mulai olahraga dan membaca buku."
Namun, saat hari itu tiba, kalian malah menghabiskannya dengan menonton Netflix dan scrolling di TikTok, meskipun niat untuk olahraga dan membaca buku masih teringat. Rasa malas yang tiba-tiba muncul membuat kita enggan melakukannya.
Pernahkah kalian berpikir mengapa kita bisa seperti itu? Mengapa rasa malas muncul dalam diri kita? Seandainya kita tidak punya rasa malas, mungkin kita sudah mencapai banyak hal sesuai keinginan, seperti menjadi pintar, kaya, atau memiliki tubuh yang sehat tanpa harus berusaha melawan diri sendiri.
Dalam pembahasan kali ini, kita akan melihat mengapa manusia bisa merasa malas, apa yang sebenarnya terjadi di otak saat rasa malas muncul menurut para peneliti, serta bagaimana cara paling efektif untuk mengatasinya agar kita tidak dianggap sebagai bangsa yang malas.
Penyebab kemalasan pada manusia sangat beragam, mulai dari kesehatan mental dan fisik, hingga keraguan pada diri sendiri, dan bahkan sekadar "mager" (malas gerak).
BACA JUGA:Mengenal Tingkatan Orang Malas dan Tujuannya, Jangan Dibiarkan!
BACA JUGA:8 Cara Jadi Pemalas yang Sukses Meski Tak Banyak Bergerak
Kali ini, kita akan fokus pada penyebab terakhir, yaitu "mager," karena tampaknya ini adalah yang paling sering kita alami. Setelah melakukan pencarian terkait rasa malas, saya menemukan hal yang cukup menarik untuk dibahas.
Menurut artikel dari Neuroscience, otak kita sebenarnya sudah terprogram untuk menyukai hal-hal yang nyaman dan cenderung menghindari aktivitas yang dirasa berat atau sulit. Secara otomatis, otak memang mendukung kemalasan. Namun, ini tidak terjadi begitu saja; ada alasan evolusioner di baliknya.
Asal Muasal Rasa Malas
Pada masa lalu, nenek moyang kita sangat bergantung pada kegiatan berburu untuk bertahan hidup. Ketika mereka berhasil mendapatkan makanan, mereka segera beristirahat untuk menghemat energi karena saat itu energi tubuh sangat berharga.
Ini adalah insting bertahan hidup mereka—dengan beristirahat, mereka bisa memastikan bahwa mereka akan memiliki cukup energi untuk berburu dan bertahan hidup di kemudian hari.
Karena istirahat dan penghematan energi dianggap penting oleh otak sejak dulu, akhirnya pola pikir ini seolah menjadi "pengaturan pabrik" di otak kita yang bertahan hingga sekarang. Akibatnya, otak cenderung tidak menyukai aktivitas yang dianggap berat karena hal tersebut dinilai akan menguras energi.
Inilah mengapa kita sering lebih memilih tidak melakukan sesuatu yang produktif, terutama jika terlihat menantang, karena hal tersebut bertentangan dengan kecenderungan otak yang ingin menghemat energi.
Sumber: