Keadaan Jazirah Arab Pada Zaman Jahiliah Sebelum Kedatangan Islam

Keadaan Jazirah Arab Pada Zaman Jahiliah Sebelum Kedatangan Islam

Keadaan Jazirah Arab Pada Zaman Jahiliah-Ilustrasi/Unsplash-

RADAR JABAR - Seperti yang sering kita dengar dalam beberapa kisah, pada zaman dahulu, sebelum Islam datang di Jazirah Arab, periode tersebut disebut sebagai "zaman jahiliah," yang artinya zaman kebodohan atau ketidaktahuan.

Namun, mengapa orang-orang Arab pada masa itu disebut sebagai masyarakat jahiliah? Sebenarnya, sebutan tersebut bukan karena mereka bodoh dalam arti intelektual. Secara kecerdasan, orang-orang Arab pada masa itu tergolong pintar dan bahkan termasuk golongan yang maju. Mereka bisa dibilang sebagai orang-orang yang modern.

Pada masa itu, mereka menguasai strategi perang dan berdagang. Salah satu keunggulan terbesar mereka adalah daya ingat yang luar biasa, yang membuat mereka terkenal dengan kemampuan menghafal yang sangat baik.

Oleh karena itu, istilah "jahiliah" di sini lebih merujuk pada pola pikir atau akidah mereka yang sangat menyimpang pada masa itu, bukan pada keterbatasan intelektual mereka. Inilah keadaan jazirah Arab sebelum kedatangan Islam.

1. Hidup Secara Nomaden

Menurut The Collector, orang-orang Badui atau Bedawi, yaitu sebutan untuk masyarakat Arab pada masa itu, kebanyakan hidup secara nomaden. Artinya, mereka hidup berpindah-pindah dan tidak menetap di satu tempat.

BACA JUGA:5 Rekomendasi Film Sejarah Islam yang Wajib Ditonton Saat Weekend Bersama Keluarga

BACA JUGA:Mengenal 5 Tradisi Unik Sambut Tahun Baru Islam di Indonesia

Mereka terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar terdiri dari puluhan hingga ratusan orang, sementara kelompok kecil terdiri dari anggota keluarga saja. Jadi, bisa dikatakan bahwa satu kelompok terdiri dari satu keluarga besar, yang kemudian dikenal sebagai suku atau klan.

Penggolongan suku ini didasarkan pada garis keturunan, dan nama setiap suku umumnya diambil dari nama leluhur atau pemimpin mereka terdahulu.

Contohnya, suku Quraisy, Jurhum, Kainuka, dan Nadir. Kehidupan nomaden yang dijalani suku-suku ini terbilang ekstrem karena mereka tinggal di tenda-tenda atau gua, dan terus berpindah-pindah tempat sesuai musim. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, kondisi geografis Jazirah Arab yang kering, bertanah keras, dan memiliki sumber air yang sangat terbatas. Kedua, kemampuan mereka dalam mengelola alam masih belum memadai.

Misalnya, ketika musim dingin tiba, mereka akan pindah ke wilayah gurun, sementara ketika musim panas, mereka akan berpindah ke daerah yang lebih subur untuk bertani dan melakukan kegiatan lainnya.

Kesejahteraan sebuah kelompok biasanya dinilai dari jumlah hewan ternak yang dimiliki. Kelompok yang lebih besar cenderung memiliki banyak unta, sedangkan kelompok yang lebih kecil umumnya hanya memiliki ternak berupa domba atau kambing.

2. Derajat Wanita Rendah

Salah satu alasan utama mengapa zaman ini disebut sebagai jahiliah adalah karena pada masa itu tidak ada hukum formal yang berlaku di antara kelompok-kelompok tersebut. Tidak ada aturan yang disepakati bersama antar kelompok untuk menjaga kerukunan.

Sumber: jazirah ilmu