Bahaya Standar Tiktok, Begini Caranya Agar Hidupmu Tidak Disetir FYP

Bahaya Standar Tiktok, Begini Caranya Agar Hidupmu Tidak Disetir FYP

Bahaya Standar Tiktok-Ilustrasi/Unsplash-

RADAR JABAR - Standar TikTok, Standar TikTok, begitu seterusnya. Sadar atau tidak, kehidupan banyak orang, khususnya di Indonesia, kini semakin terlihat seperti dikendalikan oleh media sosial, terutama TikTok.

Hal ini mengkhawatirkan karena hampir semua orang pasti pernah terpengaruh oleh standar TikTok ini tanpa disadari. Sebagai contoh, seseorang pernah terpengaruh standar TikTok dalam hal hubungan dan fashion.

Dia menginginkan pasangannya terlihat sama cantiknya dengan cewek-cewek yang muncul di FYP (For You Page) TikTok.

Dalam hal fashion, kami merasa jika tidak mengikuti tren, saya tidak keren. Akibatnya, saya merasa sulit untuk bahagia dalam hubungan dan sering merasa minder dengan penampilan kami karena belum mampu membeli barang-barang branded.

Fenomena ini juga banyak terjadi di Indonesia, hingga muncul istilah "disetir FYP". Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang hidup dalam kendali FYP?

Adakah penjelasan ilmiah mengenai hal ini? Mungkin Anda pernah mendengar istilah "disetir FYP", tetapi tidak pernah memikirkan bagaimana seseorang bisa hidup dalam kendali FYP.

BACA JUGA:5 Situs Paling Banyak Dikunjungi di Dunia, Ada TikTok?

BACA JUGA:7 Rekomendasi Toner Hydrating Terbaik yang Sedang Viral di TikTok

Meskipun terdengar aneh, fenomena ini memang ada. Saat ini, hampir tidak mungkin bagi seseorang, terutama anak muda, untuk tidak menggunakan media sosial, terutama di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu konsumen terbesar media sosial dan netizen yang sangat aktif.

TikTok adalah salah satu platform media sosial yang pertama kali memperkenalkan sistem FYP, yang mengakibatkan banyak perubahan, baik positif maupun negatif.

Dampak Negatif Disetir FYP

Disetir FYP bisa dianggap sebagai salah satu dampak negatif dari penggunaan media sosial. Lalu, mengapa hal ini bisa menjadi negatif dan bagaimana seseorang bisa hidup dalam kendali FYP? Leon Festinger, seorang tokoh psikologi, mengemukakan teori yang disebut "Social Comparison Theory".

Dalam teori ini, dijelaskan bahwa manusia cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain dari segi kebahagiaan dan pencapaian. Hal ini menyebabkan manusia memiliki standar masing-masing dalam pencapaian dan kebahagiaan.

Dulu, ketika belum ada media sosial, khususnya TikTok, orang-orang cenderung membandingkan diri mereka dengan lingkaran sosial yang lebih kecil, seperti teman dekat atau tetangga.

Namun, dengan adanya media sosial, kita kini terpapar pada kehidupan ratusan bahkan ribuan orang lain. Hal ini membuat kita lebih sering dan lebih luas membandingkan diri.

Sumber: