Menyentuh! Isi Curhatan Jessica Wongso di Depan Hakim Saat Divonis 20 Tahun Penjara

Isi Nota Banding Sekaligus Curhatan Jessica Wongso di Depan Hakim Saat Divonis 20 Tahun Penjara-Antara-
Saya tidak peduli dengan situasi sel yang sangat tidak nyaman, karena selama masih secara rutin diperiksa di Polda dan di RSCM, saya tetap mengikuti dan berharap agar semuanya cepat selesai dan saya bisa pulang. Bagaimanapun, stresnya sangat berat.
Saya tetap menghormati proses pemeriksaan sesuai prosedur. Semua tuduhan yang datang dari orang-orang yang tidak dikenal dan orang-orang yang dulu saya sayangi membuat saya merasa bahwa tidak ada lagi yang tersisa dalam diri saya. Namun, saya yakin semua akan baik-baik saja.
Setelah 4 hari dikurung sendiri, saya dipindahkan ke Pondok Bambu. Pertama-tama, saya sangat takut karena begitu banyak orang di sana, yang membuat saya khawatir akan peringatan polisi pada saat saya ditahan.
Setelah keluar dari isolasi di Polda, saya perlahan mulai bisa mempersiapkan diri untuk menghadiri proses sidang yang menyeramkan ini. Menyeramkan karena tujuannya adalah mengadili saya sebagai pembunuh, padahal saya tidak melakukan itu.
Bahkan saat proses persidangan berlangsung, kehidupan pribadi saya yang tidak ada kaitannya dengan kasus ini dibahas dan menjadi konsumsi publik. Banyak orang yang dengan sengaja maupun tidak sengaja menindas dan menekan saya.
Saya tetap bersyukur karena masih ada orang di sekitar saya, yang saya kenal secara pribadi maupun tidak, yang dengan tulus memberikan dukungan dan percaya bahwa saya tidak bersalah. Dengan dukungan tersebut, saya bisa bersikap tegar dan tersenyum.
Jika yang mulia dapat berhenti sejenak dan membayangkan berada di posisi saya, yang mulia akan bisa mengerti kenapa saya bertanya-tanya apa yang terjadi dan mengapa semua ini sangat membingungkan.
BACA JUGA:Kasus Kopi Sianida Oleh Jessica Kumala Wongso Akan Segera Difilmkan di Netflix
Bagaimana bisa orang berbuat jahat seperti ini terhadap saya? Karena pengalaman ini, hidup saya tidak akan kembali seperti semula.
Namun, saya tidak menyesal telah mengenal Mirna. Dia akan selamanya hidup di hati saya sebagai teman yang baik, dan dia tahu bahwa saya tidak mungkin meracuni orang.
Saya memohon agar yang mulia bisa dengan bijak menilai karakter saya, bukan berdasarkan kebohongan. Walaupun sisi baik saya selalu diabaikan dalam persidangan ini, saya tetap berharap agar yang mulia bisa menilai dengan hati yang arif dan bijak dalam menilai karakter saya yang sesungguhnya.
Saya bersumpah bahwa saya bukan seorang pembunuh. Saya berada di sini dengan tegar dan kuat, yang merupakan bukti yang mutlak bahwa Tuhan bersama kita semua. Terima kasih yang mulia yang sudah mendengarkan saya.”
Sumber: