BMKG Sebut Gempa Beruntun di Sukabumi Dipicu Aktivitas Sesar Aktif

BMKG Sebut Gempa Beruntun di Sukabumi Dipicu Aktivitas Sesar Aktif

adan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa bumi yang terjadi di wilayah Sukabumi beberapa waktu lalu dipicu oleh aktivitas sesar aktif.--

“Kalau saya pribadi bukan dari sana, tetapi dari aktivitas tektonik di sekitar pegunungan Halimun-Salak. Untuk sementara kami masih menyimpulkan disebabkan aktivitas sesar aktif,” jelas dia.

Sementara itu, Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono merinci, sejumlah fakta gempa yang terjadi di Sukabumi-Bogor.

Daryono menutur, gempa utama (mainshock) berkekuatan 4,0 magnitudo dengan kedalaman hiposenter 7 Km, pada Sabtu (20/9) lalu pukul 23.47 WIB. Episenter berada di darat, Kecamatan Kabandingan, Kabupaten Sukabumi.

“Jenis gempa yang terjadi adalah gempa tektonik kerak dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif,” kata Daryono dikutip dari akun resmi media sosialnya.

Kata dia, catatan sensor seismik DBJI (Darmaga) dan CBJI (Citeko) menunjukkan karakteristik gelombang shear) yang tajam dan berfrekuensi tinggi. Karena hal itu, dapat dipastilan gempa bukan dipicu aktivitas vulkanik.

Analisis mekanisme sumber juga mengindikasikan pergerakan mendatar atau strike-slip fault.

Daryono menegaskan, gempa tidak terkait Sesar Citarik karena pusat gempa utama dan susulannya tersebar jauh di barat jalur sesar tersebut.

BMKG mencatat guncangan dirasakan di Kalapanunggal dan Kabandungan dengan intensitas III–IV MMI, di Pamijahan dan Leuwiliang III MMI, di Bogor II–III MMI, serta di Palabuhanratu dan Depok II MMI.

Gempa juga menyebabkan kerusakan ringan pada sejumlah rumah warga di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan.

“Catatan sementara, 20 jiwa mengungsi, lima rumah terdampak, dan 25 jiwa menghadapi situasi darurat. Patut disyukuri, gempa tidak menimbulkan korban meninggal dunia maupun luka-luka,” ungkapnya.

Kerusakan bangunan, lanjut dia, dipicu hiposenter yang dangkal, kondisi tanah lunak di zona gempa, serta bangunan rumah yang tidak berstandar tahan gempa.

Hingga Minggu malam, BMKG mencatat 39 kali gempa susulan, lima di antaranya dirasakan warga dengan magnitudo terbesar 3,8 dan terkecil 1,9.

Daryono menambahkan, gempa merusak di wilayah tersebut bukan yang pertama kali terjadi.

“Kejadian serupa pernah terjadi pada Maret 2020 yang merusak ratusan rumah di enam kecamatan, dan Desember 2023 di Pamijahan dan sekitarnya,”pungkasnya.

Sumber: