Demonstran Israel Deklarasikan 'Hari Perlawanan' Terhadap Pemerintah

Demonstran Israel Deklarasikan 'Hari Perlawanan' Terhadap Pemerintah

Sejumlah warga Israel berdemonstrasi menuntut pemerintahnya bertindak menyelamatkan anggota keluarganya yang ditahan di Jalur Gaza. --ANTARA/Anadolu

RADAR JABAR - Gerakan protes di Israel menetapkan tanggal 7 Juli sebagai "hari perlawanan" nasional terhadap pemerintah, dengan ratusan demonstran yang memblokir persimpangan dan jalan raya di seluruh negeri sejak pagi hari.

Diketahui bahwa Gerakan protes tersebut juga menuntut diadakannya pemilu dini dan pembebasan segera para sandera yang diculik oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023, tepat sembilan bulan yang lalu, seperti dilaporkan Sputnik pada Minggu (7/7).

Beredar beberapa video di media sosial memperlihatkan aksi para demonstran. Diperkirakan, unjuk rasa besar-besaran akan berlangsung di Tel Aviv, Yerusalem, Haifa, dan puluhan kota lainnya. Namun, hingga kini polisi Israel belum memberikan komentar terkait aksi unjuk rasa tersebut.

BACA JUGA:Rusia dan Iran Sepakati Penguatan Hubungan Bilateral di Sela KTT SCO

Para aktivis merencanakan unjuk rasa di depan kantor Federasi Pekerja di Tel Aviv, menuntut serikat pekerja untuk "menghentikan perekonomian."

Protes ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada malam hari. Demonstran juga berencana untuk berdemonstrasi di dekat kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem.

Aksi protes anti-pemerintah yang menuntut pemilu dini dan pembebasan segera para sandera telah rutin diadakan setiap pekan di Israel selama beberapa bulan terakhir.

BACA JUGA:Erdogan Nyatakan Turki Ingin Pastikan Perdamaian Kawasan via Diplomasi Teguh

"Hari Perlawanan" diproklamirkan untuk memperingati sembilan bulan sejak serangan kelompok Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu eskalasi konflik Palestina-Israel hingga saat ini.

Pada serangan 7 Oktober tersebut, Hamas menculik lebih dari 250 warga dari Israel selatan. Diperkirakan sekitar 120 sandera Israel masih ditahan oleh Hamas, termasuk 40 yang diduga telah meninggal.

Pekan ini, kantor Netanyahu menyatakan bahwa perunding mereka telah menerima tanggapan dari Hamas terkait kesepakatan yang diusulkan, yang mencakup pembebasan sandera dengan imbalan gencatan senjata di Gaza.

BACA JUGA:Pakistan Sarankan Rusia Pakai Barter Untuk Hindari Sanksi Barat

Kepala intelijen Israel, David Barnea, berangkat ke Qatar pada hari Jumat untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Hamas.

Kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa negosiasi akan dilanjutkan minggu depan, meskipun masih ada perbedaan pandangan antara kedua pihak.

Sumber: antara