Erdogan Nyatakan Turki Ingin Pastikan Perdamaian Kawasan via Diplomasi Teguh

Erdogan Nyatakan Turki Ingin Pastikan Perdamaian Kawasan via Diplomasi Teguh

Arsip - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.-Anadolu Agency-ANTARA

Radar Jabar Disway - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan negaranya ingin memastikan perdamaian di kawasan serta sekitarnya melalui diplomasi, yang berdasarkan pada rakyat dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal itu ia ungkapkan pada Kamis 4 Juli 2024 kemarin.

 

"Terlepas dari semua rintangan, kami berupaya membangun sistem internasional yang efektif dan inklusif guna memastikan perdamaian, keamanan, stabilitas dan kemakmuran," paparnya di KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai di ibu kota Kazakhstan, Astana, dikutip dari Antara.

 

Erdogan menyebut reruntuhan yang menutupi Jalur Gaza, tempat berbaringnya lebih dari 16 ribu jasad anak-anak tak berdosa yang menjadi korban serangan Israel selama hampir sebulan. Ini adalah reruntuhan sistem internasional yang kehilangan legitimasinya, karena gagal menghentikan pembantaian.

 

Dia pun mengatakan Israel harus dihentikan, dan dipaksa untuk menerima gencatan senjata permanen di Gaza. Sembari mendesak negara-negara untuk meningkatkan tekanan terhadap negara kecil di Timur Tengah itu.

 

Israel telah mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Penjajah dengan ideologi Zionisme tersebut juga sudah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

 

Lebih dari 37 ribu warga Palestina, yang mayoritas perempuan dan anak-anak, sejak itu sudah tewas serta lebih dari 87.400 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat. Mayoritas wilayah Gaza pun nyaris sembilan bulan usai perang Israel, sudah hancur di tengah blokade ketat terhadap akses makanan, air bersih, dan obat-obatan.

 

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam putusan terbarumya memerintahkan Tel Aviv guna segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah. Adapun kota selatan Rafah merupakan tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum mereka diserang pada 6 Mei.

 

Sumber: