Sejarah Lahirnya Hamas dan Fatah, Kelompok Paling Berpengaruh di Palestina

Sejarah Lahirnya Hamas dan Fatah, Kelompok Paling Berpengaruh di Palestina

Sejarah Hamas dan Fatah-Image/APNews-

Hampir seluruh Tepi Barat dan Kota Gaza, bersama dengan kelompok perjuangan Palestina di dalam PLO, bersatu dalam perlawanan rakyat ini yang dikenal dengan istilah Intifadah pertama.

 Selama lebih dari 2 tahun, kekerasan sipil terjadi antara warga Palestina, aparat Israel, dan para pemukiman Yahudi di Gaza dan Tepi Barat.

Hal ini mengakibatkan ratusan warga sipil Israel, termasuk para pemimpin Yahudi, dan puluhan aparat bersenjata Israel tewas, serta ribuan warga sipil Palestina juga tewas.

Pemerintah Israel dan PLO kemudian sama-sama mulai melunak saat kedua pihak menyepakati persetujuan damai yang mengakhiri Intifadah pertama.

Israel mengakui pembentukan Otoritas Palestina di Gaza dan sebagian dari Tepi Barat sebagai wilayah semi-merdeka yang dipimpin oleh PLO, sementara PLO mengakui Israel sebagai negara.

Maka, kedua belah pihak mulai meninggalkan kekerasan, dan ini hampir membawa kedua bangsa menuju perdamaian.

Namun, perdamaian ternyata tidak datang begitu saja. Langkah kelompok Fatah dan kelompok perjuangan Palestina lainnya di dalam PLO yang meninggalkan kekerasan, mengakui eksistensi Israel, dan lebih memilih jalur negosiasi tidak diikuti oleh semua kelompok bersenjata Palestina, termasuk Hamas.

Dari tahun 1993-2000, sayap militer Hamas, yang dikenal dengan sebutan Izz ad-Din al-Qassam, aktif melakukan serangkaian serangan bom di wilayah Israel.

Namun, serangan tidak hanya datang dari pihak Palestina, kelompok sayap kanan di Israel juga menolak upaya pemerintah mereka untuk mengadakan perundingan damai dengan Palestina. Bahkan, Perdana Menteri Israel pada saat perjanjian damai Oslo dibunuh oleh ekstremis sayap kanan.

Keadaan politik kedua bangsa kembali kacau hingga pecahnya Intifadah kedua pada tahun 2000. Ariel Sharon, yang telah kita sebutkan sebelumnya dalam konteks Unit 101 yang dipimpinnya, mengunjungi Kompleks Masjid Al-Aqsa pada tanggal 28 September 2000, yang dianggap sebagai provokasi bagi masyarakat Palestina.

Ini berubah menjadi kekerasan yang dijawab oleh Israel melalui Operasi Defensive Shield. Lebih dari 10.000 pasukan Israel mulai memasuki wilayah Otoritas Palestina di Gaza dan Tepi Barat, mengepung berbagai pemukiman dan kamp masyarakat.

Pihak keamanan Otoritas Palestina, berbagai kelompok bersenjata, dan warga sipil dari berbagai usia terlibat dalam bentrokan dengan pasukan Israel yang dilengkapi senjata dan lapis baja.

Intifadah kedua berakhir dengan penarikan pasukan Israel dan seluruh pemukiman Yahudi dari Gaza pada tahun 2005. Ini diikuti dengan perubahan infrastruktur dan berbagai kelompok militan Palestina.

Berakhirnya pemerintahan Israel secara penuh di Gaza dianggap sebagai kemenangan besar bagi penduduk Palestina. Cara-cara perjuangan bersenjata yang masih diadopsi oleh Hamas dinilai sebagai peran yang paling berpengaruh dalam pembebasan Gaza.

Pada pemilihan legislatif yang diadakan oleh Otoritas Palestina pada Januari 2006, Hamas unggul dengan meraih 44,45% suara, dan untuk pertama kalinya berhasil mengalahkan Fatah.

Sumber: inspect history