Ditemukan Subvarian Baru Omicron BA.2.75, Lebih Menular dan Bisa Menembus 2 Dosis Vaksin
Subvarian baru Omicron BA.2.75 yang dipresiksi lebih menular--
India melaporkan ada warganya sejumlah 46 orang yang terinfeksi subvarian baru Omicron BA.2.75. Subvarian itu disebutkan lebih menular dan mampu menginfeksi seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan menurunkan respons antibodi.
2 dosis vaksin disebut tidak akan mempan membendung serangan varian virus yang satu ini, sehingga Booster atau 3 dosis menjadi wajib untuk melindungi dari keparahan dan kematian.
Sementara kondisi di Indonesia saat ini sudah mulai terjadi peningkatan kasus karena subvarian BA.4 dan BA.5. Bahkan Pemerintah memprediksi puncak dari penularan BA.4 dan BA.5. akan terjadi pada pertengahan hingga akhir Juli ini.
Lalu Bagaimana Indonesia menyikapi subvarian baru yang ditemukan di India tersebut.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, dengan kondisi saat ini di Indonesia, harus mulai bersiap, karena kemunculan subvarian terbaru di India yang lebih menular.
“Ini sulit dicegah, varian BA.4 dan BA.5 pun bisa meningkatkan jumlah kasus dan memicu jumlah angka kesakitan. Belum lagi subvarian BA.2.75 yang lebih menular dan mirip dengan Delta,” katanya kepada JawaPos.com, Selasa (5/7).
Dicky menegaskan kemampuan subvarian turunan Omicron tersebut mampu mereinfeksi dan menginfeksi serta menurunkan imunitas. Apalagi, kata dia, jumlah testing saat ini sudah tak memadai, sehingga banyak kasus yang tak terdeteksi.
“Masyarakat kita berbeda seperti sebelumnya ya, jika ada gejala pasti tes swab. Sekarang tak lagi, semakin terbatas. Negara yang rajin tes saja bisa menemukan 1 juta kasus, di kita tak bisa terdeteksi seperti itu karena kapasitas tes terbatas,” jelasnya.
Dengan adanya potensi Long Covid, Dicky mengingatkan pentingnya untuk segera mendapatkan booster. Potensi Long Covid, kata dia, bisa serius sekalipun awalnya mengalami gejala ringan.
“Maka segeralah booster, dua dosis tak cukup,” tegas Dicky.
Sebelumnya laporan Times of India menyebutkan subvarian BA.2.75 menjadi perhatian khusus dan terdeteksi di India. Sebab setiap mutasi berpotensi memungkinkan virus menghindari antibodi.
Sehingga bisa saja virus itu kemampuan untuk menginfeksi orang yang telah terinfeksi sebelumnya, serta mereka yang divaksinasi.
Sampai saat ini, India telah mencatat setidaknya 46 kasus BA.2.75, sesuai dengan database sumber terbuka Global Initiative on Sharing All Influenza Data. Namun, varian itu belum tercatat resmi pada Konsorsium Genomics SARS-CoV-2 (INSACOG), badan pengawasan genom yang berfungsi di bawah kementerian kesehatan.
Selain India, strain itu juga telah dilaporkan oleh tujuh negara lain Jepang, Jerman, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan New Selandia, sesuai data yang disediakan oleh Nextstrain.
Sumber: