UPI Temukan Resep Jitu Kepemimpinan Sekolah Pedesaan Bandung Barat

UPI Temukan Resep Jitu Kepemimpinan Sekolah Pedesaan Bandung Barat

[Tim peneliti UPI berfoto bersama kepala sekolah di halaman SD Negeri Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, dalam kunjungan penelitian lapangan untuk mengembangkan konsep edifikasi kepemimpinan]--

 

BACA JUGA:UPI Gandeng Menteri P2MI Resmikan Migrant Center UPI: Pusat Layanan dan Edukasi Calon Pekerja Migran

BACA JUGA:Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, UPI Latih Pokdarwis Cikahuripan Susun Modul Geowisata

 

Dua Kunci Sukses: Perubahan Perilaku dan Manajemen

Model edifikasi kepemimpinan berdiri pada dua pilar utama. Pertama, perubahan perilaku yang mencakup kepemimpinan digital bertahap, keterbukaan pikiran yang tetap menghormati budaya Indonesia, membangun kepercayaan diri dari pengalaman sukses, dan kemampuan merencanakan masa depan secara realistis.

Kedua, perubahan manajemen yang fokus pada pengembangan jaringan internet secara bertahap, manajemen perubahan yang melibatkan semua pihak, transformasi digital yang menggabungkan teknologi sederhana dengan cara tradisional, dan strategi inovasi yang meminimalkan risiko.

"Kolaborasi adalah kunci utama. Tidak bisa sendirian, harus bersama-sama," ungkap Wina Romdhani, salah satu kepala sekolah yang terlibat dalam penelitian.

Kearifan Lokal Bertemu Teknologi Modern

Keunikan model ini terletak pada penggabungan nilai-nilai tradisional Indonesia seperti "ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" dengan tuntutan kepemimpinan modern.

Lili Indriati dari SD Negeri Budi Mulya menceritakan pengalamannya: "Budaya dan nilai-nilai tetap jadi pegangan kami sebagai pemimpin sekolah. Teknologi hanya alat bantu, yang penting bagaimana kita memimpin dengan hati dan memberikan contoh yang baik."

Solusi Praktis untuk Sekolah Pedesaan

Penelitian ini tidak mengabaikan realitas kondisi sekolah pedesaan. Infrastruktur teknologi terbatas, proses adaptasi teknologi yang memerlukan waktu, dan budget yang pas-pasan justru dijadikan peluang untuk berinovasi secara kreatif.

"Kami tidak memaksakan sekolah menggunakan teknologi canggih yang mahal. Yang penting bagaimana memanfaatkan yang ada secara optimal dan bertahap," jelas Asep Dikdik, anggota tim peneliti.

Diskusi Lanjutan September 2025

Sumber: