Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, UPI Latih Pokdarwis Cikahuripan Susun Modul Geowisata

Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, UPI Latih Pokdarwis Cikahuripan Susun Modul Geowisata--Istimewa
RADAR JABAR – Potensi alam Desa Wisata Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang terletak di kaki Gunung Tangkubanparahu, mendorong lahirnya gagasan pengembangan geowisata berbasis masyarakat.
Melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM), tim dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberikan pelatihan kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Cikahuripan dalam menyusun modul dan paket wisata edukasi.
Ketua Tim PKM UPI, Rini Andari, S.Pd., SE.Par., MM., mengatakan pelatihan ini bertujuan agar masyarakat setempat semakin mampu memanfaatkan kekayaan alam desa, mulai dari pertanian, kopi, hingga wisata trekking.
“Kami ingin Pokdarwis memiliki pemahaman yang lebih baik tentang geowisata, sehingga potensi yang ada bisa dikemas menjadi paket wisata edukatif dan berkelanjutan,” jelas Rini dalam keterangan resmi, Rabu (20/8/2025).
Buku Saku Geowisata untuk Pemandu Lokal
Pelatihan yang berlangsung pada 24 Juli 2025 di Aula Desa Cikahuripan dibuka dengan pemaparan dari Syifa Putri Anggraeni mengenai buku saku geowisata. Buku ini disusun sebagai panduan bagi pemandu lokal dalam menginterpretasikan potensi wisata.
“Di dalam buku saku terdapat penjelasan tentang cara menjadi pemandu yang baik, edukatif, serta bagaimana menginterpretasikan daya tarik wisata kepada wisatawan,” ujar Syifa.
Pokdarwis menyambut baik buku tersebut dan menjadikannya rujukan dalam menjalankan perannya sebagai pemandu wisata lokal.
BACA JUGA:Kadisdik Jabar Ajak Organisasi Kepala Sekolah Wujudkan Pemberdayaan Berbasis Kesadaran
BACA JUGA:Kadisdik Purwanto Tegaskan Lewat PAPS, Gubernur Jabar Pastikan Pendidikan Layak bagi Semua Anak
Perancangan Paket Wisata Edukasi
Sesi kedua diisi oleh Audy Putri Kikania yang memperkenalkan metode Business Model Canvas (BMC) dalam merancang paket wisata. Dengan metode ini, anggota Pokdarwis dibagi menjadi dua kelompok untuk menyusun produk wisata yang berbeda.
“Melalui BMC, kita bisa memetakan potensi desa dan mengemasnya menjadi paket wisata yang bernilai jual,” terang Audy.
Dari hasil pelatihan, lahir dua paket wisata unggulan. Kelompok pertama merancang paket trekking menuju puncak Gunung Tangkubanparahu melewati Leuweung Kunti, lengkap dengan kunjungan ke situs sejarah Benteng Belanda.
Sementara kelompok kedua menyusun paket wisata edukasi pertanian, mulai dari menanam sayuran hingga pengalaman memerah susu sapi yang bisa langsung dikonsumsi wisatawan.
Pemahaman Wisata Edukasi
Pada sesi terakhir, Muhamad Aqsal Nur Fadilah, S.Pd., menekankan pentingnya pemahaman khusus dalam wisata edukasi.
Sumber: