Mengenal Emotional Eating: Ketika Emosi Mengendalikan Pola Makan
Ilustrasi Emotional Eating--Freepik
RADAR JABAR - Emotional eating atau makan emosional adalah kondisi di mana seseorang mengonsumsi makanan untuk merespons emosi, bukan karena lapar secara fisik.
Fenomena ini sering terjadi saat seseorang merasa stres, cemas, marah, sedih, atau bahkan bosan dengan kehidupannya.
Alih-alih mengatasi penyebab emosional tersebut, makan menjadi pelarian sementara yang memberikan kenyamanan sesaat.
Mengapa Emotional Eating Terjadi?
Emotional eating terjadi karena hubungan kompleks antara emosi dan makanan. Berikut beberapa faktor yang dapat memicunya:
Stres dan Kortisol
Saat stres, tubuh menghasilkan hormon kortisol yang dapat meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak. Makanan seperti ini sering dianggap "comfort food" karena memberikan rasa puas dan tenang sementara.
Kebiasaan Masa Lalu
Bagi sebagian orang, makanan mungkin menjadi bentuk penghargaan atau penghiburan sejak kecil. Contohnya, diberikan makanan manis setelah berhasil mencapai sesuatu atau saat sedang bersedih. Kebiasaan ini dapat terbawa hingga dewasa.
Kekosongan Emosional
Perasaan kesepian, bosan, atau kurangnya aktivitas dapat membuat seseorang mencari pelampiasan melalui makanan. Sensasi menikmati makanan menjadi pengalihan perhatian dari emosi yang dirasakan.
Kurangnya Kesadaran Diri
Seseorang mungkin tidak menyadari bahwa mereka makan bukan karena lapar, tetapi untuk memenuhi kebutuhan emosional. Hal ini sering terjadi pada mereka yang memiliki gaya hidup sibuk sehingga sulit mengevaluasi perasaan mereka sendiri.
Tanda-Tanda Emotional Eating
Bagaimana cara mengetahui apakah kamu mengalami emotional eating? Berikut beberapa tanda yang dapat dikenali:
Makan Tanpa Rasa Lapar: Kamu merasa ingin makan meskipun baru saja makan atau tidak merasa lapar.
Keinginan untuk Makanan Tertentu: Kamu cenderung mencari makanan tertentu, terutama yang tinggi gula atau lemak, seperti es krim, keripik, atau cokelat.
Makan Berlebihan: Kamu merasa sulit mengendalikan porsi makan dan cenderung mengonsumsi makanan dalam jumlah besar.
Rasa Bersalah Setelah Makan: Setelah selesai makan, kamu merasa bersalah, tetapi tetap mengulangi pola tersebut.
BACA JUGA:5 Makanan yang Membantu Sembuhkan Jerawat Menurut Penelitian
BACA JUGA:4 Tipe Stress Language, Manakah Tipe Kamu?
Cara Mengatasi Emotional Eating
Mengatasi emotional eating memerlukan kesadaran diri dan strategi yang tepat. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:
Kenali Pemicu Emosi
Perhatikan kapan dan mengapa kamu merasa ingin makan. Identifikasi emosi yang mendasarinya, seperti stres, marah, atau bosan, agar kamu dapat menemukan cara lain untuk mengatasinya.
Temukan Alternatif Sehat
Alihkan perhatian kamu ke aktivitas yang lebih sehat, seperti olahraga, meditasi, atau berbicara dengan teman dekat. Hal ini dapat membantu mengurangi dorongan untuk makan secara emosional.
Praktikkan Mindful Eating
Latih kesadaran penuh saat makan dengan memperhatikan rasa, tekstur, dan aroma makanan. Ini membantu Anda mengenali apakah kamu benar-benar lapar atau hanya makan karena emosi.
Atur Pola Makan Teratur
Pola makan yang teratur membantu menjaga kadar gula darah stabil, sehingga mengurangi kemungkinan Anda merasa lapar secara emosional.
Cari Bantuan Profesional
Jika emotional eating sudah mengganggu keseharianmu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau psikolog untuk mendapatkan bimbingan lebih lanjut.
BACA JUGA:5 Manfaat Hojicha, Teh Asal Jepang yang Kaya Akan Manfaat, Salah Satunya Bisa Menghilangkan Stres?
Emotional eating adalah respons umum terhadap tekanan emosional, tetapi kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan jika dibiarkan terus-menerus.
Dengan mengenali pemicunya dan menerapkan strategi pengelolaan yang tepat, kamu dapat mengendalikan pola makan dan menjaga kesehatan fisik serta mentalmu.
Sumber: