Mengenal Sosok Pandu Jaya: Sang Pangeran Jablay dan Merpati Keyakinannya

Mengenal Sosok Pandu Jaya: Sang Pangeran Jablay dan Merpati Keyakinannya

Sukma Pandu Permana—akrab disapa Bang Pandu Jaya, Sang "Pangeran Jablay"--

SUARA kepakan sayap merpati terdengar lembut dari lantai tiga sebuah rumah di Blk. N No 2 Margahayu Tengah, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung. Di sanalah Sukma Pandu Permana—akrab disapa Bang Pandu Jaya menghabiskan sebagian besar waktunya. 

 

Saat ditemui, lelaki berpostur tegap tinggi itu sedang mengawinkan sepasang burung juara. Senyumnya ramah, sambutannya hangat. “Kalau nggak ada burung, saya nggak betah,” ujarnya sambil tertawa kecil.

 

Kecintaannya pada merpati dimulai sejak duduk di bangku SD. Lingkungan rumahnya kala itu dikelilingi pemain nasional—nama-nama besar seperti: Nisteri, Kintakun, hingga Arsenal. Dari hanya sekadar membantu merawat, Pandu kecil mulai belajar memahami karakter setiap burung. 

 

“Dulu sampai dicari orang tua karena disangka hilang. Padahal lagi di lapang lihat lomba,” kenangnya.

 

Dari tangan-tangan para senior, Pandu mendapat burung pertamanya—hadiah yang mengubah arah hidupnya. Dari hasil ternak rumahan, ia mulai menjual piyikan hingga mampu membeli motor Ninja saat masih SMP. 

 

“Semua dari burung,” katanya bangga. Namun hidup membawanya berbelok. Pandu sempat bekerja di dunia marketing, menjadi sales motor, hingga akhirnya masuk TNI lewat jalur prestasi basket pada 2012 dan bertugas di Bali. Meski begitu, dunia merpati tak pernah benar-benar ia tinggalkan. “Di mana pun saya dinas, pasti ada burung. Kalau nggak, rasanya hampa,” ucapnya.

 

Sepulang dinas pada 2015, Pandu mulai serius menekuni dunia tinggian jablay—jenis merpati dengan karakter khas dan teknik loncatan unik. Ia tak asal beternak. Ia belajar langsung dari para maestro: Mang Uking Baraya, Mang Alit Panghegar, hingga Mang Bejod—pencetus karakter jablay pertama. Dari Mang Bejod pula ia mendapat gelar “Pangeran Jablay”. 

 

Sumber: pandu jaya