Jangan Sepelekan! Ini 5 Dampak Negatif Kecanduan Video Pendek Seperti di TikTok
Dampak Negatif Kecanduan Video Pendek-RJ-
Fenomena ini disebut sebagai ekonomi perhatian, di mana platform seperti TikTok "menjual" waktu dan perhatian penggunanya. Kita dipancing untuk menghabiskan waktu tanpa sadar. Sebuah riset dari Netflix dan YouTube bahkan menunjukkan bahwa rata-rata pengguna muda dapat menghabiskan lebih dari dua hingga tiga jam per hari hanya untuk menonton video pendek.
Jika direnungkan, waktu sebanyak itu seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang lebih produktif atau bermanfaat. Namun, algoritma yang begitu canggih telah mengubah cara kita mengalokasikan waktu dan perhatian, seringkali tanpa kita sadari.
4. Fear of Missing Out (FOMO)
Salah satu efek terbesar dari TikTok adalah munculnya FOMO (fear of missing out) atau rasa takut ketinggalan tren. Perasaan ini mendorong kita untuk terus memperbarui informasi setiap saat. Akibatnya, banyak orang kesulitan tidur karena merasa harus selalu memeriksa media sosial sebelum tidur. Hal ini menyebabkan waktu istirahat berkurang, dan tidur pun menjadi tidak nyenyak.
Studi dari National Sleep Foundation menunjukkan bahwa FOMO yang dipicu oleh media sosial dapat berdampak buruk pada kualitas tidur seseorang. Perasaan takut tertinggal membuat kita sering tidur larut malam, yang pada akhirnya mengganggu kesehatan.
Jadi, jika Anda sering merasa harus memeriksa TikTok setiap beberapa menit, itu bisa menjadi tanda-tanda FOMO. Jika tidak segera diatasi, kita bisa menjadi kecanduan hal-hal yang sebenarnya tidak penting, sampai-sampai melupakan hal-hal yang lebih berharga.
Efek jangka panjang dari konsumsi video pendek juga memiliki dampak besar terhadap pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kebiasaan menonton konten singkat dan mudah dicerna membuat kita kurang terbiasa berpikir panjang dan kritis. Bayangkan anak-anak muda yang seharusnya belajar secara mendalam, malah kesulitan fokus karena terlalu sering menonton video instan.
BACA JUGA:Fenomena Pengemis Online di TikTok, Pahami 3 Bahayanya untuk SDM Negara
BACA JUGA:Bahaya Standar Tiktok, Begini Caranya Agar Hidupmu Tidak Disetir FYP
Hal ini menjadi tantangan besar bagi kualitas SDM di Indonesia, terutama jika generasi muda terus-menerus mengonsumsi konten instan yang cenderung menghibur tetapi minim nilai edukasi. Riset menunjukkan bahwa negara-negara dengan indeks literasi tinggi rata-rata memiliki produktivitas yang lebih baik. Sayangnya, Indonesia masih tergolong negara dengan indeks literasi yang rendah.
Ketika pola pikir dibiasakan dengan konten instan, kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan menurun. Ini berarti generasi muda akan lebih sulit bersaing di pasar kerja global yang memerlukan kemampuan analisis dan pemecahan masalah yang mendalam. Jika tidak segera diatasi, dampaknya bisa menghambat kemajuan generasi mendatang dalam menghadapi tantangan global.
5. Kesepian dan Kehilangan Interaksi Nyata
Media sosial membuat kita berinteraksi melalui layar, namun ironisnya, semakin sering kita berinteraksi di dunia maya, semakin besar kemungkinan kita merasa kesepian di dunia nyata. Kita mungkin memiliki ribuan pengikut, banyak yang menyukai dan mengomentari postingan kita, namun interaksi secara langsung terasa semakin menjauh.
Media sosial seringkali membuat kita lupa akan nikmatnya berbicara langsung dengan orang lain. Akibatnya, kita hanya memiliki teman di dunia maya, tetapi merasa kesepian di dunia nyata.
Jika kita perhatikan, anak-anak muda saat ini berlomba-lomba untuk menjadi viral dengan segala cara. Sayangnya, banyak di antara mereka yang melakukan hal-hal konyol atau tidak masuk akal hanya untuk mendapatkan like dan view. Padahal, apakah ini benar-benar meningkatkan nilai diri kita sebagai manusia, atau justru membuat kita semakin dangkal?
Bagaimana pendapat kalian tentang fenomena ini? Apakah kalian juga merasakan bahwa tren video pendek memiliki sisi negatif yang mulai meresahkan?
Sumber: