Fenomena Kerasukan Menurut Psikologi dan Pandangan Agama

Fenomena Kerasukan Menurut Psikologi dan Pandangan Agama

Fenomena Kerasukan Menurut Psikologi dan Agama-RJ-

RADAR JABAR - Di masa sekarang, fenomena kerasukan sering kali disalahpahami. Mulai dari reaksi yang berlebihan hingga interpretasi yang terkadang tidak sesuai dengan nilai agama itu sendiri. Dalam tulisan ini, kami akan membahas fenomena kerasukan dari berbagai sudut pandang sejarah, sains, agama, hingga pengalaman nyata yang mungkin akan membuka cara pandang baru dalam memahami fenomena ini.

Pernahkah kalian mendengar cerita tentang kerasukan? Atau bahkan menyaksikannya langsung? Di Indonesia, fenomena ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, diwariskan turun-temurun dan sering dikaitkan dengan arwah gentayangan, santet, atau hal mistis lainnya. Tapi, tahukah kalian bahwa kerasukan juga memiliki penjelasan dari sisi ilmiah dan psikologi?

Kami tidak bermaksud mendiskreditkan kepercayaan atau tradisi tertentu. Pembahasan ini didasarkan pada data ilmiah dan psikologis, dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih luas tentang fenomena yang sering disalahartikan. Sebelum masuk ke pembahasan inti, mari kita telusuri dulu sejarah dan asal-usul konsep kerasukan ini.

Sejarah dan Asal-usul konsep kerasukan

Secara umum, kerasukan adalah perubahan keadaan kesadaran yang tidak biasa, yang dianggap terjadi karena penguasaan tubuh manusia oleh roh, setan, jin, atau entitas lain. Konsep kerasukan ditemukan di banyak budaya dan agama di seluruh dunia, termasuk dalam ajaran Buddha, Kristen, Voodoo Haiti, Hindu, Islam, serta kepercayaan tradisional di Asia Tenggara dan Afrika.

Setiap budaya memiliki pandangan yang unik tentang kerasukan, tergantung pada konteks sosial dan religiusnya. Dalam beberapa tradisi, kerasukan dianggap sebagai manifestasi supranatural, sementara dalam konteks lain, fenomena ini dipahami sebagai kondisi psikologis atau gangguan mental.

BACA JUGA:5 Ciri-Ciri Orang yang Mudah Panik Menurut Psikolog

BACA JUGA:5 Kebiasaan yang Disukai Introvert Menurut Psikologi

Memahami kerasukan dari berbagai sudut pandang—baik tradisional maupun ilmiah—tidak hanya membantu menghindari miskonsepsi tetapi juga membuka ruang dialog yang lebih inklusif antara kepercayaan tradisional dan ilmu pengetahuan. Dengan cara ini, kita dapat melihat fenomena kerasukan sebagai bagian dari kompleksitas kehidupan manusia, yang dipengaruhi oleh budaya, kepercayaan, dan kondisi mental.

Konsep kerasukan telah ada sejak zaman kuno, mulai dari Mesir hingga Eropa abad pertengahan. Fenomena ini sering dikaitkan dengan eksorsisme, yaitu ritual pengusiran setan. Salah satu contoh yang kerap disalahpahami sebagai bentuk kerasukan atau "demonic possession" adalah peristiwa Salem Witch Trials di Amerika Serikat.

Salem Witch Trials Sebagai Peristiwa Kelam dalam Sejarah Amerika

Salem Witch Trials adalah rangkaian persidangan yang terjadi di Salem Village, koloni Massachusetts, pada tahun 1692–1693. Peristiwa ini menuduh puluhan orang, terutama perempuan, sebagai penyihir.

Pada masa itu, masyarakat Salem sangat religius dan dipengaruhi oleh paham Puritanisme yang menganggap sihir sebagai dosa besar sekaligus ancaman terhadap iman mereka. Kehidupan mereka dipenuhi tekanan akibat wabah penyakit, konflik tanah, dan ketakutan terhadap serangan suku asli Amerika.

Awal Mula Tuduhan Penyihir

Peristiwa ini bermula ketika dua anak perempuan, Betty Parris dan Abigail Williams, mulai menunjukkan perilaku aneh, seperti berteriak tanpa alasan, tampak kesakitan, dan mengeluarkan suara-suara aneh. Dokter setempat menyimpulkan bahwa mereka telah dikutuk oleh sihir.

Ketika tuduhan mulai meluas, dalam waktu singkat banyak orang—termasuk tetangga dan keluarga—dituduh sebagai penyihir. Tuduhan sering didasarkan pada pengakuan palsu, gosip, atau bukti tidak logis seperti tanda "iblis" di tubuh seseorang. Konflik pribadi dan persaingan antar keluarga juga menjadi latar belakang banyak tuduhan ini.

Persidangan yang Tidak Adil

Dalam persidangan, bukti yang digunakan sering kali tidak rasional, seperti klaim bahwa arwah terdakwa terlihat melakukan sihir. Banyak terdakwa dipaksa mengaku bersalah atau menghadapi hukuman mati.

Sumber: