Lagu Pop Arab Dianggap Selawat Cerminan Fanatisme Keliru Umat Islam Indonesia
Lagu Pop Arab Dianggap Selawat di Indonesia-RJ-
Bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia, khususnya umat Nahdratul Ulama (NU) menganggap bahasa Arab bukan hanya bahasa biasa, melainkan bahasa yang digunakan untuk beribadah. Hal ini menimbulkan rasa hormat yang tinggi terhadap bahasa Arab.
Karena hampir semua ibadah utama, seperti salat dan doa, menggunakan bahasa Arab, banyak orang, terutama yang kurang memahami, menganggap bahwa semua tulisan Arab berkaitan dengan agama.
Selain itu, tidak semua umat Islam ingin mempelajari terjemahan Al-Qur'an secara menyeluruh, yang menjadi salah satu faktor terjadinya pemahaman yang setengah-setengah. Keengganan untuk mencari pengetahuan lebih dalam menyebabkan banyak orang Indonesia salah kaprah dalam menanggapi tulisan bahasa Arab ini.
Selain tulisan Arab, kebanyakan dari kita juga sering salah dalam menyikapi lagu pop Timur Tengah. Pada chapter kedua ini, sebenarnya tidak mengherankan jika banyak lagu Arab dianggap sebagai selawat, karena sebagian besar dari kita menganggap bahwa ketika seseorang berbicara menggunakan bahasa Arab, itu pasti doa.
Padahal, bahasa Arab sendiri adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh banyak orang di luar sana, bukan hanya soal doa atau hal-hal yang bersifat religius. Di Indonesia, lagu-lagu Timur Tengah sering dianggap religius dan diasosiasikan dengan selawat.
Padahal, di negara-negara Arab sendiri terdapat berbagai genre musik, seperti pop, rock, hip hop, bahkan rap. Namun, karena di Indonesia musik Arab sering dibalut dengan atribut-atribut religius, kadang orang langsung mengaitkannya dengan selawatan, terutama pada acara musik hadroh.
Banyak lagu pop dari Timur Tengah yang instrumen aslinya hanya lagu biasa, tetapi diubah agar sesuai dengan nuansa keagamaan, padahal aslinya lagu tersebut bertemakan cinta.
BACA JUGA:Keadaan Jazirah Arab Pada Zaman Jahiliah Sebelum Kedatangan Islam
BACA JUGA:Ternyata Ini Alasan Negara-Negara Arab Enggan Bantu Palestina Melawan Zionis Israel
Jika kita telusuri lebih lanjut, sebenarnya ada banyak selawat asli yang menceritakan kisah nabi atau rasa rindu kepada nabi, yang diciptakan oleh ulama-ulama Islam. Namun, masih banyak orang yang membawakan lagu-lagu pop Arab dalam acara-acara keagamaan dengan spanduk bertuliskan "selawat".
Jika kita cari tahu lebih lanjut, mungkin ini terjadi karena banyak orang Indonesia yang menganggap bahasa Arab lebih identik dengan bahasa yang digunakan dalam ibadah, bukan bahasa sehari-hari.
Sekarang, jika dipikir-pikir, tidak semua orang bisa berbahasa Arab; banyak yang hanya mengetahui beberapa kata atau kalimat yang biasa digunakan dalam ibadah. Oleh karena itu, jika tiba-tiba ada tulisan Arab di luar konteks agama, banyak orang yang mengira itu adalah doa atau ayat Al-Qur'an.
Kebiasaan ini juga terbawa dari kegiatan keagamaan yang memang menggunakan bahasa Arab, sehingga ketika menemukan tulisan atau bahasa Arab di luar konteks ibadah, kebanyakan orang langsung merasa sensitif.
Selain itu, di media sosial, bahasa dan budaya Arab sering disajikan dalam konteks religius, sehingga banyak orang yang tidak tahu bahwa Arab dan Timur Tengah juga memiliki musik, film, dan budaya pop yang tidak ada hubungannya dengan agama.
Orang Indonesia juga sering merasa was-was dengan hal-hal yang bisa dianggap sebagai penistaan agama. Karena simbol-simbol agama sangat lekat dalam kehidupan mereka, kita menjadi sangat sensitif ketika tulisan Arab digunakan untuk hal-hal yang dianggap kurang sesuai.
Sumber: