5 Langkah Mengatasi Keluarga Toksik, Jangan Takut Mengikuti Cara Ini

5 Langkah Mengatasi Keluarga Toksik, Jangan Takut Mengikuti Cara Ini

Mengatasi Keluarga Toksik-Ist-

RADAR JABAR - Jika kamu punya keluarga toksik, lakukan lima langkah ini untuk mengatasinya. Kali ini, kami akan membahas tentang keluarga yang toksik. Ini adalah fenomena yang sangat menyedihkan.

Jika ada ciri-ciri teman yang toksik, hal ini menjadi lebih menyedihkan lagi karena keluarga adalah orang-orang yang dianggap paling dekat dengan kita, orang-orang yang telah ada sejak kita lahir.

Jadi, jika ada anggota keluarga atau orang terdekat kita yang sebenarnya toksik, itu sangat disayangkan. Sementara kita dapat memutuskan hubungan dengan teman atau pacar, tidak ada istilah "mantan orang tua" atau "mantan saudara".

Cara Mengatasi Keluarga Toksik

Berikut adalah 5 hal yang dapat kalian lakukan untuk mengatasi kondisi keluarga yang toksik.

1. Kenali Diri dan Keluarga Terlebih Dahulu

Mengenali diri sendiri dan anggota keluarga penting dilakukan. Terkadang, kalian mungkin menganggap keluarga toksik, padahal sebenarnya tidak. Yang perlu diingat adalah bahwa hubungan selalu bersifat dua arah, baik itu antara teman, pacar, maupun keluarga.

BACA JUGA:4 Kegiatan Olahraga untuk Dilakukan Bersama Keluarga, Cocok buat Quality Time

BACA JUGA:8 Tips Liburan Bersama Keluarga Agar Seru dan Tak Terlupakan

Misalnya, jika dalam hubungan pacaran, salah satu pihak selalu memberi perhatian dan kasih sayang, sementara yang lain tidak pernah memberikan balasan, pasti hubungan tersebut tidak akan bertahan. Hal serupa juga berlaku dalam hubungan keluarga.

Sering kali, hubungan berjalan satu arah, seperti antara orang tua dan anak. Orang tua hanya memberi perintah, "Kamu harus begini, kamu harus begitu," tanpa memberikan ruang untuk komunikasi dari anak. Sebaliknya, anak juga dapat bersikap demikian terhadap orang tua, hanya menuntut tanpa memberikan apa pun. Hubungan yang satu arah ini dapat menciptakan kondisi toksik.

Sebagai contoh, seorang ibu yang merupakan single mother dan mengurus lima anak mungkin mengalami tekanan yang besar. Jika ayah sudah meninggal atau hilang, ibu tersebut harus mengurus semua kebutuhan keluarga sendirian, mulai dari menafkahi, membersihkan rumah, mengantar anak ke sekolah, hingga melakukan semua pekerjaan rumah.

Ketika malam tiba, ia merasa sangat lelah. Dalam keadaan lelah, ia mungkin menjadi mudah marah ketika anak-anaknya melakukan kesalahan kecil, tidak mengerjakan PR, atau bermain game. Akibatnya, anak-anak bisa merasa bahwa orang tua mereka bersifat toksik.

2. Komunikasikan Masalah yang Terjadi

Kadang kita tidak menyadari bahwa sifat toksik dalam keluarga bukanlah pilihan, melainkan akibat dari kondisi tertentu. Oleh karena itu, penting untuk mengomunikasikan masalah kepada anggota keluarga.

Misalnya, jika orang tua merasa lelah, anak memiliki hak untuk berbicara kepada orang tua bahwa situasi tersebut tidak sehat untuk hubungan mereka. Sampaikan bahwa orang tua mungkin terlalu capek dan tawarkan bantuan.

Dengan demikian, hubungan yang ada bisa kembali berjalan dua arah, bukan hanya satu arah di mana orang tua terus memberikan perintah tanpa melibatkan anak.

Sumber: