Biden Perpanjang Status Darurat Nasional AS terhadap Lebanon Akibat Serangan di Golan

Biden Perpanjang Status Darurat Nasional AS terhadap Lebanon Akibat Serangan di Golan

Gedung Putih--ANTARA/Xinhua/Liu Jie/am.

RADAR JABAR - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, memperpanjang status darurat nasional AS terhadap Lebanon karena dugaan transfer senjata oleh Iran ke Hizbullah di wilayah tersebut. Hal tersebut diumumkan oleh pernyataan dari Gedung Putih dalam sebuah pemberitahuan.

"Kegiatan tertentu yang sedang berlangsung, seperti transfer senjata Iran yang terus berlanjut ke Hizbullah - yang mencakup sistem senjata yang semakin canggih - berfungsi untuk merusak kedaulatan Lebanon, berkontribusi pada ketidakstabilan politik dan ekonomi di wilayah tersebut," berdasarkan pernyataan yang dirilis pada Senin (29/7).

BACA JUGA:Menteri LH Kanada Sebut Kebakaran di kota Jasper Telah Dipadamkan Secara Keseluruhan

Aktivitas tersebut juga dianggap sebagai ancaman luar biasa terhadap keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pemberitahuan tersebut menambahkan bahwa karena kekhawatiran AS ini, status darurat nasional yang dideklarasikan pada 1 Agustus 2007 akan diperpanjang selama satu tahun lagi setelah 1 Agustus 2024.

Langkah ini memungkinkan AS untuk menjatuhkan sanksi kepada individu yang diduga merusak stabilitas di Lebanon.

BACA JUGA:PM Israel larang 150 anak Palestina berobat ke UAE

Amerika Serikat menyatakan pihaknya berusaha mencegah konflik yang lebih luas antara Israel dan Hizbullah setelah serangan di Dataran Tinggi Golan akhir pekan lalu.

Israel dan AS mengeklaim bahwa serangan misil tersebut dilakukan oleh Hizbullah, tetapi kelompok tersebut membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut.

BACA JUGA:Penerbangan di Bandara Beirut Ditangguhkan Akibat Ancaman Israel

Diketahui bahwa sebelumnya, terjadi serangan roket di Dataran Tinggi Golan pada 27 Juli 2024. Hal tersebut telah meningkatkan risiko eskalasi perang antara Israel dan Hizbullah.

Karena serangan tersebut, membuat memicu kekhawatiran mengenai potensi konflik yang lebih besar pada kedua negara tersebut.*

Sumber: antara