Angka Stunting di Kota Bogor Alami Penurunan Menjadi 18,2 persen
Pj Wali Kota Bogor Hery Antasari dalam kegiatan Rembuk Stunting. --ANTARA/HO-Pemkot Bogor
RADAR JABAR - Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Hery Antasari, mengumumkan bahwa angka prevalensi stunting di Kota Bogor menurun dari 18,7 persen pada 2023 menjadi 18,2 persen pada 2024. Hery menjelaskan bahwa Kota Bogor adalah salah satu kabupaten/kota di Jawa Barat yang berhasil menurunkan angka prevalensi stunting.
“Di Kota Bogor masih ada (kasus stunting). Tetapi kita salah satu dari 10 kota di Jawa Barat yang menurun,” ujar Hery di Bogor, pada Selasa (11/6).
BACA JUGA:Bey Optimis Kontingen Jawa Barat Mampu Juara Umum di Peparnas 2024
Selain itu, Hery juga menyebutkan bahwa ada standar penilaian khusus dalam menghitung angka stunting, yaitu Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang menggunakan metode survei.
“Ada SKI, dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) targetnya 18,8 persen. Kita ada di 18,2 persen, artinya sudah mencapai target, bahkan di atas target,” ucapnya.
Ia menyebutkan juga ada Bulan Penimbangan Bayi, di mana standar ini menunjukkan kasus stunting di Kota Bogor berada di angka 2,59 persen.
BACA JUGA:Disdik Jabar Tekankan Pentingnya Verifikasi dan Validasi Data dalam PPDB 2024
“Artinya memang ada standar dua pengukuran yang terus kita kawal sama-sama. Ya ini sudah disensus, anggap kita sensus kemudian ini survei,” jelasnya.
Diketahui bahwa, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor telah mengambil langkah-langkah antisipatif dalam upaya mencegah dan menurunkan angka stunting di wilayahnya, mulai dari intervensi hingga berbagai inovasi.
Beberapa program tersebut adalah 'Penting Lur' (Pemerintah Kota Bogor Peduli Stunting Melalui Telur), 'Batagor' (Ibu Anak Tangguh Kota Bogor), Bunda Peduli Stunting, hingga program baru Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS).
Menurut Hery, program dan inovasi ini berhasil menggerakkan aparatur sipil negara (ASN) di Pemkot Bogor.
“Tahun lalu kita turun secara otomatis, karena kuncinya akses gizi dan pangan ditingkatkan melalui bantuan pangan. Itu kan gerakan sosial juga saya kira,” ujar Hery.*
Sumber: antara