Lebih Mengutamakan Qadha Puasa Ramadhan atau Puasa Sunnah Syawal? Simak Penjelasannya!

Lebih Mengutamakan Qadha Puasa Ramadhan atau Puasa Sunnah Syawal? Simak Penjelasannya!

Lebih Mengutamakan Qadha Puasa Ramadhan atau Puasa Sunnah Syawal Simak Penjelasannya!-Lebih Mengutamakan Qadha Puasa Ramadhan atau Puasa Sunnah Syawal -Freepik

RADAR JABAR - Salah satu amalan yang dianjurkan bagi umat Islam setelah lebaran adalah puasa Syawal. puasa sunnah ini dapat dilakukan mulai dari tanggal 2 Syawal hingga akhir bulan.

Namun, seringkali timbul pertanyaan di antara umat Islam, apakah sebaiknya mendahulukan qadha puasa Ramadhan yang tertunda atau justru melaksanakan puasa sunnah Syawal terlebih dahulu?

Puasa Syawal merupakan salah satu puasa yang disunnahkan dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk melaksanakan Puasa Syawal setelah menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan dan merayakan Idul Fitri. Keutamaannya sungguh besar, sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang menyebutkan bahwa puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa setahun penuh.

Namun, perdebatan muncul ketika seseorang masih memiliki utang puasa Ramadhan yang belum diganti. Utang puasa Ramadhan bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti haid, nifas, atau karena sakit. Dalam hal ini, apakah sebaiknya dilakukan terlebih dahulu: mengganti puasa yang tertunda atau melaksanakan puasa sunnah Syawal?

Menurut pandangan ulama besar seperti Prof. Quraish Shihab, prioritas harus diberikan pada mengganti puasa Ramadhan yang tertunda (qadha). Hal ini karena qadha puasa Ramadhan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi. Puasa sunnah Syawal, sementara itu, bersifat anjuran yang bisa dilakukan di lain waktu selama bulan Syawal.

 

BACA JUGA:Apakah Olahraga Berenang Membatalkan Puasa? Simak Penjelasannya Disini!

 

Dalam buku "Panduan Puasa" bersama Quraish Shihab, beliau menegaskan bahwa menjalankan kewajiban (qadha) harus diutamakan daripada melaksanakan sesuatu yang sunnah. Dengan kata lain, jika harus memilih, mengganti utang puasa Ramadhan lebih didahulukan karena itu adalah kewajiban.

Ulama tafsir Indonesia ini juga menekankan bahwa puasa sunnah Syawal dapat dilakukan kapan saja selama masih berada dalam bulan tersebut. Puasa ini tidak harus dilakukan secara berturut-turut mulai dari awal bulan Syawal, tetapi dapat dipilih hari-hari tertentu dalam bulan tersebut.

Dengan demikian, menjawab dilema antara qadha puasa Ramadhan atau puasa sunnah Syawal, mengganti puasa yang tertunda (qadha) harus menjadi prioritas utama. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menempatkan kewajiban (fardhu) di atas anjuran (sunnah).

Puasa sunnah Syawal, sementara itu, dapat dilakukan sebagai tambahan amalan yang dianjurkan, tetapi tidak menjadi kewajiban yang harus segera dipenuhi seperti qadha puasa Ramadhan.

Dalam menanggapi pertanyaan seputar mengutamakan qadha puasa Ramadhan atau puasa sunnah Syawal, penting untuk memahami lebih dalam tentang kewajiban dan anjuran dalam ajaran Islam.

Puasa Ramadhan adalah salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim setiap tahunnya selama bulan Ramadhan. Jika seseorang tidak dapat berpuasa pada waktu itu karena alasan tertentu seperti sakit, haid, atau nifas, maka mereka harus mengganti puasa tersebut di hari-hari lain di luar bulan Ramadhan. Puasa yang diganti ini disebut sebagai qadha puasa Ramadhan dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi.

Sumber: