Mengenal Lebih Jauh Narsisme, Narsistik dan NPD
Mengenal Lebih Jauh Narsisme, Narsistik dan NPD-Ist-
Menurut Peck, kejahatan muncul dari individu yang merasa tindakan mereka benar dan tidak ingin merasakan ketidaknyamanan dalam melihat diri mereka secara signifikan. Mereka berusaha untuk memastikan apakah tindakan yang mereka lakukan memiliki moral yang baik dan tidak merugikan orang lain.
Penyebab Gangguan NPD
Ada tiga teori tentang asal-usul dari Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD). Para psikiater menemukan tiga asosiasi yang umumnya terdapat pada individu dengan NPD.
1. Faktor Keturunan
Banyak penelitian menyatakan bahwa sifat NPD memiliki tingkat keturunan sekitar 40 hingga 65%. Jadi, ada kontribusi genetik yang signifikan terhadap perkembangan NPD, yang berarti jika orang tua memiliki NPD, kemungkinan besar NPD juga akan diwariskan kepada anak-anak mereka.
2. Struktur Otak
Adanya perubahan struktur atau perbedaan dalam otak. Studi yang melakukan pemindaian terhadap individu dengan NPD dan mereka yang tidak memiliki gangguan ini menunjukkan perbedaan di area otak yang terkait dengan perilaku sosial dan regulasi emosi. Namun, ketidakkonsistenan presentasi NPD masih belum jelas.
3. Lingkungan
Faktor yang diduga memengaruhi NPD adalah lingkungan. Fokus utama NPD adalah pada pengalaman masa kecil, di mana anak-anak yang terus-menerus mendapatkan pujian berlebihan atau kritik berlebihan cenderung memiliki kecenderungan terhadap gangguan ini.
Penelitian juga menunjukkan bahwa faktor lain seperti pelecehan emosional dan penelantaran juga berperan dalam pengaruh gangguan kepribadian ini.
BACA JUGA:8 Manfaat Meditasi bagi Kesehatan Mental
Teori lain mengenai NPD adalah asumsi bahwa penyakit ini mungkin bersumber dari pembelajaran. Orang yang menderita NPD kemungkinan besar memiliki orang tua yang juga memiliki gangguan serupa, yang kemudian ditularkan melalui pembelajaran saat anak-anak melihat perilaku orang tua mereka.
Narsisme diusulkan berkembang dari gangguan pada tahap mirroring dalam perkembangan anak, di mana orang tua mungkin tidak memberikan refleksi kasih sayang yang cukup terhadap kebutuhan anak akan afirmasi atau kasih sayang.
Sebagian orang lebih suka menggunakan istilah "adaptasi narsistik" daripada "narsisme," menganggap pola perilaku ini sebagai respons kreatif untuk memaksimalkan cinta dan perhatian yang diterima saat masa kecil yang kurang mendapat dukungan yang stabil.
Penyebaran narsisme cenderung lebih tinggi di budaya yang menghargai individualisme dan promosi diri, namun dengan berkembangnya globalisasi, batas-batas budaya menjadi semakin kabur, meningkatkan potensi setiap orang untuk menderita gangguan ini.
Belakangan, media sosial telah memperluas kemungkinan untuk promosi diri, meskipun belum ada bukti pasti yang menunjukkan bahwa media sosial secara langsung menjadi penyebab narsisme. Namun, media sosial memberikan platform bagi individu narsistik untuk mencari status sosial dan perhatian.
Sumber: