Kisah Qarun yang Tenggelam Bersama Harta Kekayaannya, Koruptor Zaman Nabi Musa

Kisah Qarun yang Tenggelam Bersama Harta Kekayaannya, Koruptor Zaman Nabi Musa

Kisah Qarun yang Tenggelam Bersama Harta Kekayaannya-Ilustrasi/Pixabay-

 "Sewenang-wenang" dalam konteks ini mungkin berarti korupsi. Pendapat ini didukung oleh para sejarawan yang menyatakan bahwa Qarun sangat setia kepada Firaun, hingga suatu hari dia diangkat menjadi mandor, yang kemungkinan eksploitasi bawahannya dengan memotong sebagian upah mereka untuk keuntungan pribadinya, yang membuat kekayaannya tumbuh pesat.

Qarun kemudian berencana membangun istana di samping Istana Firaun, namun ditolak oleh Firaun. Oleh karena itu, Firaun memberikan sebidang tanah di wilayah Payung, dan di sinilah Qarun membangun istananya yang mewah, serta gudang-gudang untuk menyimpan kekayaannya yang besar.

Namun, ada juga sejarawan yang mengatakan bahwa peristiwa pembangkangan Qarun terjadi setelah Firaun dimusnahkan. Menurut Imam Ash-Shawkani, Qarun menjadi kaya karena menemukan harta terpendam milik Nabi Yusuf Alaihissalam.

Ada juga mufassir lain yang mengatakan bahwa awalnya Qarun adalah seorang hamba yang saleh dan miskin, kemudian memohon kepada Nabi Musa Alaihissalam untuk mendoakannya agar memiliki harta yang banyak.

Doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT, dan dalam waktu singkat, Qarun menjadi kaya. Namun, dengan kekayaannya itu, dia menjadi pelit, tidak mau bersedekah, dan bahkan sombong.

Meskipun Qarun telah berbuat aniaya terhadap kaumnya, masih ada beberapa orang bijak di antara mereka yang mencoba memberikan nasihat agar Qarun tidak berlebihan dalam memandang kekayaannya. Berikut adalah nasihat yang pernah diterima Qarun dari para mukminin dari kaum Bani Israil:

1. Jangan terlalu bangga

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri (Al-Quran, Surat Al-Qasas, Ayat 76). Sebenarnya, tidak ada larangan untuk bergembira, tetapi yang dilarang adalah melampaui batas dalam bergembira, karena itu akan berujung pada keangkuhan dan membuat seseorang lupa akan kehidupan di akhiratnya.

Menurut Imam Al-Qurthubi, maksud dari ayat ini adalah jangan sombong dengan harta, karena harta tidak menunjukkan kebenaran.

2.  Carilah kebahagiaan akhirat

Carilah apa yang telah dianugerahkan kepadamu kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah lupa akan bagianmu daripada dunia (Al-Quran, Surat Al-Qasas, Ayat 77). Sayyid Qutb memandang ayat ini sebagai keseimbangan, di mana hati seseorang yang diberi harta kekayaan seharusnya selalu berorientasi kepada akhirat dalam menggunakannya.

Allah SWT tidak melarang siapapun untuk menggunakan sebagian harta mereka untuk kepentingan duniawinya, asalkan secara proporsional dan sesuai dengan kebutuhan. Allah menciptakan kenikmatan untuk dinikmati oleh manusia.

3. Berbuat baik

Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Ayat ini menjelaskan anjuran untuk berbuat kebaikan kepada Allah SWT dan sesama manusia.

Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa berbuat baik kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya, dan meskipun itu tidak mungkin, setidaknya Dia pasti melihat kita. Berbuat baik kepada sesama manusia mencakup aspek-aspek seperti budi pekerti yang baik, bicara yang santun, berhati yang lapang, dan berbelas kasih kepada fakir miskin. Intinya, Qarun diNasihati untuk memberikan sedekah dan tidak angkuh dengan semua harta yang dimilikinya.

Sumber: