Warga Londok Haru Sambut Perbaikan Jalan: 'Tapi Tolong, Proyek Ini Harus Transparan'

Warga Londok Haru Sambut Perbaikan Jalan: 'Tapi Tolong, Proyek Ini Harus Transparan'

--

BANDUNG - Di tengah semarak peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, sebuah momen bersejarah lahir di sudut selatan Kabupaten Bandung. Bukan pesta, bukan karnaval, melainkan deru alat berat yang mulai menapak di jalur yang selama puluhan tahun hanya menjadi saksi bisu penderitaan warga.

Itulah Jalan Kendeng–Londok, urat nadi yang menghubungkan Kampung Kendeng - Londok Desa Sugihmukti dan Tenjolaya Kampung Dewata, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Jalur ini juga menjadi akses penting menuju wilayah perbatasan Kabupaten Cianjur. 

Namun selama lebih dari tujuh dekade, jalan tersebut lebih menyerupai lintasan medan perang—penuh lubang, licin saat hujan, dan berdebu pekat di musim kemarau. Bagi warga, melewati jalan ini seperti berjudi dengan keselamatan.

“Sejak saya kecil, jalan ini tidak pernah berubah. Genangan, lumpur, motor tergelincir, sampai ambulans yang kesulitan masuk saat darurat. Kami sudah terlalu lama menunggu,” ungkap Ade (42), warga Kampung Dewata, dengan mata menerawang. Jumat 15 Agustus 2025.

Namun penantian itu akhirnya terjawab. Melalui kebijakan Bupati Bandung, Dadang Supriatna (Kang DS), pembangunan Jalan Kendeng–Londok resmi dimulai bertepatan dengan bulan kemerdekaan. Suara mesin dan pekerja konstruksi menjadi tanda nyata hadirnya harapan baru.

BACA JUGA:Pidato Kenegaraan Presiden Memacu Motivasi Pemerintahan Jawa Tengah

BACA JUGA:Kang DS Gelontorkan Satu Triliun Rupiah, 500 KM Jalan Rusak di Kabupaten Bandung Bakal Mulus

Kado Kemerdekaan dari Kang DS

Pembangunan jalan tersebut menjadi simbol kemenangan kecil bagi warga yang selama ini merasa terpinggirkan. Tak sedikit yang menyebut proyek ini sebagai "kado kemerdekaan paling berharga yang dirasakan langsung oleh warga. 

 “Terima kasih Kang DS. Baru kali ini kami benar-benar diperhatikan. Ini hadiah luar biasa di usia 80 tahun Indonesia merdeka,” ujar Ajang, warga Kampung Paranggong RT 01 RW 09, yang nyaris tak percaya saat melihat alat berat masuk ke wilayahnya.

Hal serupa diungkapkan oleh Wati (46), seorang ibu rumah tangga yang mengaku telah kehilangan banyak waktu dan biaya akibat rusaknya jalan.

 “Kalau hujan, anak-anak kami tidak bisa sekolah karena motor sering mogok di tengah lumpur. Sekarang kami punya harapan. Semoga pengecoran ini cepat selesai. Kami doakan Kang DS sehat selalu,” katanya haru.

Komarudin (37), warga lainnya, menyebut kehadiran proyek ini sebagai titik balik kehidupan kampungnya.

 “Jalan ini bukan cuma akses. Ini masa depan kami. Ekonomi bisa bergerak, pertanian lancar, anak-anak bisa sekolah tanpa hambatan. Ini benar-benar berkah.”

Sumber: