Menelaah Kisah Dibalik Asyura, Ternyata Ada Peristiwa Berdarah yang Tragis
Ilutrasi peristiwa berdarah yang terjadi saat hari asyura,-pixabay-
Mengapa demikian? Sebab mereka menjadikan nama Ahlul Bait sebagai topeng untuk menjajakan kebid’ahan dan kesesatan mereka.
Mereka sejatinya tidak mengikuti Ahlul Bait tapi mengikuti imam-imam yang sesat, yang kebanyakan berasal dari Persia. Setelah sebelumnya mengikuti ajaran al-wala’ wal bara’ buatan Abdullah bin Saba’ al-Yahudi.
Para imam Ahlul Bait Menegaskan soal Asyura
Berikut adalah Kalimat-kalimat dari para Imam Ahlul Bait yang sesungguhnya tentang masalah ‘Asyura’. Ucapan-ucapan tersebut bersesuaian satu sama lain, dan bersesuaian dengan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan perbuatan para Sahabat Nabi radhiallahu’anhum.
Nukilan-nukilan tersebut sangat banyak. Anda bisa melihatnya pada kitab Man Qatala al-Husain (Siapakah Yang Membunuh al-Husain?)
Secara ringkas bisa saya sebutkan sebagai berikut:
Muhammad bin ‘Ali bin al-Husain yang diberi gelar dengan as-Shaduq (Ibnu Babawaih al-Qummiy, Syaikhul Muhadditsin (306-381), penulis Kitab Man La Yahdhuruhul Faqih, dan kitab ‘Ilalus Syarayi’, ia berkata, “Diantara lafazh-lafazh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang tidak mungkin diterjang adalah:
« النِّيَاحَةُ مِنْ عَمَلِ الْجَاهِلِيَّةِ »
“Niyahah (meratapi mayit) adalah termasuk perbuatan jahiliyah.” (Ibnu Babawaih al-Qummii, Man La Yahdhuruhul Faqih (4/271-272)).
Ja’far as-Shadiq (Abu Abdillah, imam mereka yang ke-6, 83-148 H) dari bapak-bapaknya berkata,
« نَهَىٰ رَسُوْلُ اللهِ عَنِ الرَّنَّةِ عِنْدَ الْمُصِيْبَةِ، وَنَهَىٰ عَنِ النِّيَاحَةِ وَاْلاِسْتِمَاعِ إِلَيْهَا »
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melarang tangisan pada saat musibah dan melarang niyahah serta mendengarnya.” (Al-Huri al-‘Amili, Wasailus Syi’ah (2/915)).
Ali bin Abu Thalib (imam pertama, abul Hasan al-Murtadha, 23 SH-40 H) radhiallahu’anhu, berkata:
« ثَلاَثٌ مِنْ أَعْمَالِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَزَالُ فِيْهَا النَّاسُ حَتىَّ تَقُوْمَ السَّاعَةُ: الاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُوْمِ وَالطَّعْنُ فِيْ الأَنْسَابِ وَالنِّيَاحَةُ عَلىَ الْمَوْتىَ »
“Ada tiga perkara termasuk perbuatan jahiliyah, tidak henti-hentinya manusia berada di dalamnya hingga terjadinya hari kiamat; meminta hujan dengan bintang, mencela nasab, dan niyahah atas mayit.” (Al-Majlisi, Biharul Anwar, (82/101))
Sumber: