Hampir Sama, ini Perbedaan E-Wallet dengan Mobile Banking
ilustrasi penggunaan E-Wallet untuk transaksi keuangan,-pixabay-
Penggunaan smartphone adalah salah satu faktor paling berpengaruh dari perkembangan mobile banking. Hal yang membedakan dengan E-Wallet, mobile banking diinisiasi oleh perbankan sehingga hanya bisa digunakan oleh nasabah bank tertentu saja.
Awalnya, mobile banking dikembangkan hanya dengan fitur transfer dan pengecekan saldo rekening, tetapi kemudian menambah banyak fitur, mulai dari pembelian pulsa dan paket data, pembayaran tagihan, hingga layanan pengisian saldo E-Wallet.
Menurut final report dari International Finance Corporaton, dari total penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa, terdapat sekitar 70 juta orang yang diperkirakan memiliki rekening bank. Pernyataan tersebut didukung oleh Head of Mandiri Institute Yudo Wicaksono.
"Kalo kita lihat pada 2020 itu sendiri, data dari Susenas sekitar 40,3 persen. Artinya, 80,27 juta orang memiliki akun bank," kata Yudo dalam webinar Indonesia Darurat Kejahatan Siber beberapa waktu lalu.
Untuk mobile banking, di 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan penggunaan mobile banking dan Internet Banking hingga 300 persen. Salah satu faktor pemicu melejitnya angka kenaikan tersebut yakni adanya pandemi Covid-19.
Tak hanya itu, transaksi ulang elektronik pun dari tahun 2015 hingga 2020 mengalami peningkatan hampir 47 persen, yaitu dari Rp5,28 triliun menjadi Rp204,9 triliun. Melihat peningkatan yang sangat baik dari penggunaan mobile banking, tampaknya produk perbankan satu ini masih memiliki eksistensi yang kuat meskipun E-Wallet terus berusaha menguasai pasar keuangan Indonesia.
Ditambah, mobile banking masih menjadi alat utama yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengisi saldo E-Wallet. Hal itu berarti, sampai sekarang keberadaan mobile banking masih sangat diperlukan oleh para pengguna E-Wallet. E-Wallet vs Mobile Banking.
Mana yang Lebih Populer?
Perusahaan riset Populix merilis laporan terbaru terkait penggunaan aplikasi terbanyak oleh masyarakat Indonesia. Laporan berjudul "Consumer Preference Towards Banking and e-Wallet Apps" edisi Juli 2022 tersebut menyebutkan baik E-Wallet maupun mobile banking sama-sama menjadi aplikasi keuangan yang paling banyak digunakan di Indonesia.
Dari 1.000 responden riset tersebut, sebanyak 64 persen di antaranya atau sekitar 637 responden memakai aplikasi finansial, seperti mobile banking, e-wallet, dan digital banking.
Perinciannya, sebanyak 91 persen dari 673 responden tersebut memiliki aplikasi mobile banking dan 84 persen memiliki E-Wallet sedangkan sebanyak 33 persen di antaranya menyatakan bahwa mereka memiliki aplikasi digital banking. Populix pun turut menyertakan alasan tingginya angka penggunaan mobile banking.
Pertama, mobile banking dinilai praktis dan tidak rumit. Kedua menghemat waktu dan mudah digunakan.
Selain berfungsi untuk memantau keuangan rekening dan melakukan transaksi perbankan, mobile banking pun dinilai cukup sebagai aplikasi yang juga menyediakan layanan pembayaran tagihan dan memenuhi kebutuhan belanja E-Commerce.
Untuk E-Wallet yang menempati posisi kedua, masyarakat menilai penggunaan produk FinTech ini praktis dan beberapa sudah terintegrasi langsung dengan E-Commerce dan platform lainnya.
Misalnya, ShopeePay yang langsung terintegrasi dengan E-Commerce Shopee, OVO dan GoPay dengan Tokopedia, DANA dengan Apps Store dan Telkomsel, LinkAja dengan KAI Access, dan sebagainya.
Sumber: