Sumpah Pemuda yang Hidup di Hati Seorang ASN KBB: Cerita Intan Cahya Rachmat
Sumpah Pemuda yang Hidup di Hati Seorang ASN KBB: Cerita Intan Cahya Rachmat--
RADAR JABAR, BANDUNG- Di sela kesibukannya sebagai aparatur sipil negara, Intan Cahya Rachmat tetap memegang teguh satu prinsip: belajar tidak mengenal batas waktu.
Perempuan yang kini menjabat Sekretaris Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bandung Barat itu merupakan salah satu ASN muda yang berhasil meraih gelar doktor di lingkungan Pemkab Bandung Barat. Pendidikan doktoralnya ditempuh di bidang Ilmu Hukum. Gelar akademik tertinggi itu diraih setelah perjuangan panjang di tengah padatnya jadwal kerja dan tanggung jawab sebagai pelayan publik
“Rintangannya tentu ada, terutama bagaimana menyeimbangkan pekerjaan dan kuliah. Namun dengan semangat dan kerja keras, alhamdulillah semuanya bisa dilalui,” ujar Intan saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (28/10/2025).
Menariknya, usai meraih gelar doktor, Intan tidak berhenti menimba ilmu. Ia justru memilih kembali ke kampus, kali ini menempuh program Sarjana Ilmu Pemerintahan. Keputusan itu, menurutnya, merupakan bentuk keinginan untuk memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuan di bidang yang bersinggungan langsung dengan tugasnya sebagai abdi negara.
BACA JUGA:Peringatan Sumpah Pemuda di SMAN 1 BANJARAN, Siswa Mengenakan Pakaian Tradisional
BACA JUGA:Hari Sumpah Pemuda, Ali Syakieb Ajak Milenial dan Gen Z Berperan dalam Pembangunan
“Saya sengaja mengambil program S1 Ilmu Pemerintahan, karena ingin memahami lebih dalam bagaimana tata kelola pemerintahan berjalan. Ilmu tidak pernah berhenti di satu titik,” tuturnya.
Langkah yang ditempuh Intan bukan tanpa alasan. Ia menyadari bahwa tantangan birokrasi dan dinamika masyarakat saat ini menuntut aparatur pemerintah untuk terus beradaptasi dan berpikir terbuka. Dalam pandangannya, kemampuan akademik dan pemahaman teoritis harus sejalan dengan praktik pelayanan publik yang humanis dan efisien.
“Bekerja di pemerintahan hari ini tidak cukup hanya dengan pengalaman lapangan. ASN juga harus memahami konteks kebijakan, hukum, dan dinamika sosial masyarakat yang terus berubah,” katanya.
Di tengah hiruk pikuk urusan pemerintahan, Intan tetap menempatkan ruang bagi keluarganya. Ia mengaku, dukungan suami dan anak-anak menjadi energi terbesar yang menjaga semangatnya untuk terus melangkah. “Keluarga selalu jadi tempat pulang sekaligus sumber semangat,” ujarnya pelan.
Baginya, belajar tidak semata soal gelar. Lebih dari itu, ia melihat pendidikan sebagai cara memperkaya cara pandang dan menajamkan kepekaan terhadap masalah masyarakat. “Semakin banyak kita belajar, semakin kita sadar bahwa melayani publik bukan hanya tugas, tapi juga amanah yang harus dikerjakan dengan hati,” katanya.
Intan meyakini, tidak ada orang bodoh—yang ada hanyalah orang yang berhenti mau belajar. Karena sejatinya, kata dia, belajar adalah perjalanan seumur hidup.
Sumber: