Lewat Film Dokumenter, UNIBI Siap Hidupkan Tradisi dan Bangun Kampung Penca Pertama di Jabar

Caption: Sejumlah anggota pencak silat perguruan Panglipur Pamager Sari saat foto bersama mahasiswa dan dosen FKD UNIBI, dalam kegiatan PKM membuat film dokumenter pelestarian warisan budaya lokal dengan digitalisasi. (Radar Jabar)--
Akan tetapi, walaupun berbagai perguruan banyak yang memakai gerakan pencak silat Panglipur, namun khusus untuk Sistem Pertahanan Usik Sanyiru Padanan beserta filosofisnya, saat ini hanya tinggal satu orang yang menerapkan.
"PKM ini juga bertujuan untuk mengenalkan filosofis dari gerakan pencak silat Panglipur yang hampir punah. Pada pelaksanaan PKM ini, gerakan-gerakan Sistem Pertahanan Usik Sanyiru Padanan, selain dituangkan dalam bentuk jurnal juga didokumentasikan untuk visualisasinya," jelas Nugraha.
Nugraha atau akrab disapa Nunu, yang juga penulis buku Gerak Rasa Usik Sanyiru Padanan berharap, kegiatan yang dilakukan bisa menjadi pendorong.
Dorongan terhadap meningkatnya minat serta kepedulian masyarakat dan pemerintah, mengenai pencak silat yang bukan sekadar gerakan bela diri semata, melainkan beserta filosofisnya.
Pemutaran film dokumenter pun dilakukan bersama para pemuda serta murid perguruan Silat Panglipur pada Sabtu dan Minggu, 27-28 September 2025.
Tak hanya pemutaran film, kegiatan pun dilanjutkan dengan pemberian materi dan pelaksanaan praktik, mengenai pembuatan video beserta cara editing yang baik.
"Saya ucapkan terima kasih juga atas dukungan dalam membuat film dokumenter ini, kepada Kementerian Kemdiktisaintek (Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia)," beber Nunu.
"Kemudian Direktorat DPPM (Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) serta kepada Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA)," lanjutnya.
Nunu menerangkan, dua Prodi ini masih di bawah FKD dan kolaborasi lintas bidang dinilai memperkuat pendekatan riset naratif, sinematografi, storytelling visual, serta strategi promosi budaya berbasis digital.
"Dokumenter ini dirancang sebagai media pelestarian, edukasi, sekaligus promosi budaya berbasis visual ethnography dan narasi partisipatif," terangnya.
Nunu memaparkan, dokumentasi budaya melalui pendekatan digital merupakan keniscayaan. Sebab, menurutnya, digitalisasi merupakan jembatan antara nilai-nilai luhur budaya dan generasi digital.
"Warisan seperti Usik Sanyiru Padanan harus hadir dalam ruang virtual agar tetap hidup dan berkembang," paparnya.
Pria bertubuh tinggi berkaca mata itu mengungkapkan, salah satu pihak utama yang memberikan pemaparan dalam film dokumenter ini adalah Guru Besar Perguruan Panglipur Pamager Sari, Asep Gurwawan.
Sosok Asep Gurwawan juga merupakan tokoh penting, baik dalam film dokumenter maupun pada pelestarian warisan budaya lokal, sebab dirinya merupakan pewaris otentik jurus Usik Sanyiru Padanan.
"Sekarang tinggal Abah Asep Gurwawan, yang menerapkan gerakan tersebut dengan filosofisnya. Beliau membagikan wawasan mendalam mengenai sejarah, filosofi gerakan, dan perjuangan pelestarian pencak silat tradisional di tengah tantangan zaman," ujarnya.
Sumber: