3 Penyebab Jualan Agama Laku di Indonesia, Sampai Air Kobokan Pun Dianggap Suci
Penyebab Jualan Agama Laku di Indonesia-RJ-
Orang-orang yang berbondong-bondong untuk meminta berkat melalui ritual semacam itu umumnya berharap terjadi perubahan dalam hidup mereka. Namun, praktik semacam ini cenderung tidak masuk akal. Produk atau jasa seperti ini tidak memiliki bukti ilmiah, tidak pernah melalui uji kualitas, dan hanya didasarkan pada klaim sepihak yang sering kali tidak jelas kebenarannya.
Yang lebih miris, praktik serupa tidak hanya terjadi dalam satu agama tertentu, tetapi juga di berbagai agama lain. Banyaknya celah hukum di Indonesia memungkinkan hal ini terus berkembang tanpa pengawasan yang ketat.
Situasi ini dimanfaatkan oleh para pelaku kapitalisme berbasis agama. Ketika label seperti "berkah," "syariah," atau istilah lain yang bernuansa religius disematkan pada suatu produk atau jasa, masyarakat cenderung langsung percaya tanpa berpikir panjang.
BACA JUGA:Perspektif Pernikahan Dini Menurut Sosial, Budaya, Hukum dan Agama
BACA JUGA:Fenomena Kerasukan Menurut Psikologi dan Pandangan Agama
Ditambah dengan lemahnya pengawasan dari lembaga terkait, para pelaku bisnis ini semakin bebas menaikkan harga dan mengemas produk mereka dengan klaim-klaim yang tidak berdasar. Akhirnya, semua ini sering kali berujung pada penipuan yang merugikan masyarakat.
Jika kita melihat fenomena jualan agama yang laris di Indonesia, hal ini sebenarnya perlu menjadi bahan refleksi bagi kita semua. Di satu sisi, jika praktik semacam ini terus dibiarkan, ke depannya akan semakin banyak masyarakat yang menjadi korban.
Sebab, mereka cenderung lebih percaya pada label agama yang terkesan aman, meskipun kenyataannya tidak selalu demikian. Fenomena ini masih sering terjadi, terutama di daerah-daerah dengan tingkat edukasi yang relatif rendah.
Sebagai solusi, masyarakat perlu bersikap lebih rasional dan bijaksana dalam memilih atau memutuskan sesuatu yang mengatasnamakan agama. Tidak semua hal harus ditanggapi secara berlebihan, terutama jika masalah tersebut sebenarnya dapat dijelaskan secara logis atau ilmiah.
Contohnya sederhana, jika Anda sedang sakit, solusi yang tepat adalah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang sesuai, bukan dengan membeli air doa atau air kobokan ulama yang klaimnya belum terbukti kebenarannya, atau meminta tokoh agama mencelupkan jari ke air agar Anda bisa sembuh secara instan.
Ketika masyarakat mulai memiliki pola pikir rasional seperti ini, mereka akan mampu membedakan mana hal yang masuk akal dan mana yang hanya merupakan penipuan yang dibungkus dengan label agama.
Sumber: