OPCW Prihatin terhadap Status Senjata Kimia Suriah di Tengah Transisi Politik

OPCW Prihatin terhadap Status Senjata Kimia Suriah di Tengah Transisi Politik

Liga Negara Arab pada Minggu (8/12/2024) menyerukan kepada pihak-pihak yang peduli dengan stabilitas regional dan internasional untuk mendukung rakyat Suriah dalam masa transisi kekuasaan yang akan datang, termasuk dengan mencabut sanksi.--ANTARA/foto-Anadolu/py

RADAR JABAR - Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait status program Senjata Kimia Suriah dan kepatuhannya terhadap Konvensi Senjata Kimia (CWC) di tengah dinamika perubahan politik di negara tersebut.

Sekretariat Teknis OPCW menegaskan komitmennya untuk terus memantau perkembangan di Suriah, mengingat masih adanya kesenjangan serta ketidaksesuaian dalam laporan deklarasi senjata kimia Suriah. Masalah ini belum terselesaikan lebih dari satu dekade sejak negara tersebut bergabung dengan CWC.

Dalam catatannya, OPCW mengungkapkan bahwa bahan kimia beracun telah digunakan sebagai senjata di Suriah dalam beberapa kesempatan. Penyelidikan atas kasus-kasus tersebut telah dilakukan oleh Sekretariat Teknis OPCW dan badan internasional independen lainnya.

Selain itu, OPCW menyatakan kekhawatiran terkait keamanan dan integritas fasilitas senjata kimia yang telah dideklarasikan oleh Suriah. Fasilitas ini mencakup tempat riset, pengembangan, produksi, penyimpanan, dan pengujian senjata kimia.

BACA JUGA:AS Tegaskan Tidak Akan Menambah Kehadiran Militer di Suriah Meski Terjadi Perubahan Kekuasaan

BACA JUGA:Rusia Beri Suaka kepada Bashar al-Assad dan Keluarganya

Upaya pemantauan oleh OPCW juga mencakup potensi pergerakan atau insiden yang melibatkan bahan kimia berbahaya, serta tindakan yang diambil oleh pemerintah Suriah untuk memenuhi kewajiban mereka di bawah CWC.

Dalam sebuah pernyataan, OPCW menekankan pentingnya memastikan keselamatan dan keamanan semua bahan serta fasilitas senjata kimia di wilayah Suriah. Organisasi tersebut juga berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Suriah untuk menegaskan kembali prioritas ini dan menyatakan kesiapan mereka untuk berdialog lebih lanjut dengan otoritas Suriah serta mitra internasional guna menyelesaikan permasalahan ini.

Pada perkembangan lain, pada 27 November, pasukan oposisi Suriah melancarkan serangan kilat selama 10 hari, yang berhasil merebut sejumlah kota penting, termasuk ibu kota Damaskus pada 8 Desember.

Kemajuan ini, yang didukung oleh unit-unit militer yang membelot, mengakibatkan runtuhnya rezim Bashar al-Assad setelah 13 tahun perang saudara. Assad beserta keluarganya dilaporkan melarikan diri ke Moskow, di mana Rusia memberikan mereka suaka.

Sumber: antara