Mengenal Lebih Dekat Islam Kejawen, Ajaran Sesat atau Asimilasi?

Mengenal Lebih Dekat Islam Kejawen, Ajaran Sesat atau Asimilasi?

Ilustrasi Islam Kejawen-Ist-

Banyak penganut Kejawen yang percaya pada reinkarnasi atau kehidupan setelah mati, di mana roh seseorang bisa kembali ke dunia dalam bentuk yang lain atau bahkan di alam yang berbeda.

Selain itu, konsep Manunggaling Kawulo Gusti, yang berarti menyatunya manusia dengan Tuhan, memberikan pandangan bahwa manusia dapat mencapai kedamaian abadi jika telah menemukan kesatuan dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu, tujuan hidup bagi penganut Kejawen adalah mencapai ketenangan batin dengan alam semesta, bukan untuk mengumpulkan amal untuk kehidupan setelah mati.

Dalam sudut pandang Islam, ibadah berpedoman pada syariat dan panduan dalam Al-Qur'an dan hadis yang mengatur bagaimana umat Islam sebaiknya hidup dan berinteraksi dengan sesamanya. Karena itu, Islam memiliki sikap yang tegas dalam hal ibadah dan amalan yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Walaupun Islam tidak menolak budaya lokal, ada batasan-batasan tertentu, terutama ketika budaya tersebut dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sebaliknya, Kejawen sangat menghargai tradisi dan adat istiadat lokal sebagai bagian dari ajarannya.

Upacara adat seperti selametan, ruatan, dan sedekah bumi adalah contoh ritual Kejawen yang sangat terikat dengan budaya Jawa. Dalam pandangan Kejawen, menjaga tradisi adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur dan cara untuk menjaga keseimbangan hidup. Oleh karena itu, budaya Jawa dan Kejawen sangat sulit dipisahkan, karena Kejawen merupakan bagian dari identitas budaya itu sendiri.

Dalam sudut pandang Islam, leluhur patut dihormati, tetapi tidak disembah atau dianggap sebagai entitas yang dapat memberikan bantuan secara langsung. Islam menekankan bahwa hanya kepada Allah SWT umat manusia berdoa dan meminta pertolongan, sedangkan roh-roh leluhur tidak memiliki kuasa terhadap keturunannya yang masih hidup.

Namun, dalam Kejawen, leluhur memiliki peran yang penting dan diyakini masih memiliki hubungan erat dengan keturunannya. Banyak penganut Kejawen yang melakukan upacara penghormatan terhadap leluhur dengan memberikan sesaji atau melakukan ritual tertentu untuk menjaga hubungan baik dengan mereka. Leluhur diyakini sebagai pelindung yang dapat memberikan bantuan atau peringatan melalui tanda-tanda alam atau mimpi.

Hal ini berbeda dengan ajaran Islam yang menekankan doa langsung kepada Allah SWT. Sebagian besar masyarakat Jawa, terutama mereka yang terpengaruh oleh ajaran Kejawen, memiliki pandangan yang berbeda tentang salat dibandingkan dengan umat Islam pada umumnya.

Bagi mereka, salat bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai hubungan dengan Tuhan. Mereka memandang spiritualitas sebagai sesuatu yang lebih luas daripada sekadar menjalankan ritual formal. Dalam Kejawen, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui berbagai cara, termasuk meditasi, kontemplasi, dan perbuatan baik.

Beberapa penganut Kejawen mungkin merasa bahwa salat yang dilakukan secara rutin dan terstruktur tidak sepenuhnya sejalan dengan prinsip-prinsip kebebasan spiritual yang mereka anut.

BACA JUGA:Asal-Usul Seblak Ternyata Bukan dari Bandung, Berawal dari Hidangan Kering

BACA JUGA:5 Teori Asal-Usul Orang Jawa Berdasarkan Catatan Sejarah

Mereka meyakini bahwa hubungan dengan Tuhan dapat dijalin dengan cara yang lebih personal dan tidak harus melalui ritual yang ditetapkan oleh agama formal. Misalnya, meditasi mendalam dan doa-doa kepada leluhur dianggap sebagai bentuk komunikasi spiritual yang sama pentingnya dengan salat.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua penganut Kejawen mengabaikan salat. Banyak orang yang tetap menjalankan salat secara rutin, tetapi memaknai ibadah tersebut dengan cara yang lebih dalam, sejalan dengan pandangan mistisisme Kejawen. Mereka mungkin menggabungkan unsur-unsur meditasi ke dalam salat atau melihat salat sebagai sarana untuk mencapai Manunggaling Kawula Gusti.

Peran Dukun Masih Ada

Dukun atau tokoh spiritual dalam Kejawen memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Dukun dianggap sebagai penjaga tradisi dan memiliki pengetahuan mendalam tentang alam gaib, kekuatan mistis, serta ilmu pengobatan tradisional.

Sumber: