10 Kekurangan Smartphone Android Dibandingkan Produk Apple

10 Kekurangan Smartphone Android Dibandingkan Produk Apple

Kekurangan Smartphone Android-Ist-

Begitu juga saat Apple menghilangkan kepala charger dalam paket penjualannya, beberapa merek smartphone Android ikut mengikuti kebijakan tersebut. Bahkan, Samsung kini tidak menyertakan kepala charger di lini flagship maupun seri mid-range dan entry-level. Beruntung, beberapa merek lain seperti Oppo, Vivo, dan beberapa merek asal Tiongkok lainnya tetap menyertakan kepala charger dalam paket pembelian mereka.

Sebagai contoh, ZTE Nubia Music, yang harganya hanya sekitar satu juta, sudah menyertakan casing transparan, dua headset, kepala charger, dan lain-lain. Biarkan Apple dengan segala keputusannya, tidak perlu selalu meniru.

Jika terus meniru, pada akhirnya Apple yang malah mengikuti langkah-langkah dari smartphone Android, seperti ketika mereka mulai menggunakan punch hole lewat Dynamic Island, beralih ke USB Type-C, dan meninggalkan port Lightning. Contoh lainnya adalah One UI, yang sebelumnya sudah memiliki karakter tersendiri dan penggemarnya.

Namun, dalam bocoran beta One UI 7, tampaknya kontrol center-nya kini dibuat mirip dengan iOS di iPhone, dan desain ikon-ikon di Galeri juga menyerupai ikon Photos di iOS. Ini sangat disayangkan, karena sebelumnya desain tersebut sudah cukup keren dengan karakter uniknya sendiri.

Adopsi fitur-fitur yang berguna tentu boleh saja, namun jika desainnya harus meniru, hal ini justru akan menghilangkan karakter dan keunikan yang sudah ada.

9. Ekosistem yang Kurang Lengkap

Membahas soal ekosistem, kami merasa kesulitan menemukan ekosistem yang benar-benar lengkap dari satu merek, seperti halnya ekosistem Apple. Saat ini, jarak antara keduanya tidak terlalu jauh, karena beberapa merek sudah memiliki smartphone, tablet, earphone, smartwatch, bahkan berbagai perlengkapan elektronik rumah yang terhubung melalui Smarthome.

Namun, yang masih menjadi kekurangan besar dalam ekosistem Android saat ini adalah PC, baik laptop maupun desktop. Samsung sebenarnya memiliki laptop, tetapi sayangnya mereka tidak merilisnya secara resmi di Indonesia.

BACA JUGA:5 Hp Android Mirip iPhone Pilihan Terbaik Tahun 2024, Termurah dan Paling Worth It

BACA JUGA:8 Game Android Mirip Black Myth: Wukong Terbaik dan Paling Worth It Dicoba

Huawei juga memiliki ekosistem yang sangat lengkap, karena laptop mereka memiliki integrasi yang erat dengan smartphone Huawei, tetapi sayangnya smartphone Huawei kini menggunakan Harmony OS yang tidak mendukung layanan Google.

Selain itu, smartphone Huawei terbaru juga belum dirilis secara resmi di Indonesia. Sementara itu, Google memiliki Chrome OS yang terintegrasi dengan smartphone Android dengan sangat baik, bahkan terdapat Google Play Store di dalamnya, tetapi popularitas Chromebook di Indonesia masih tergolong rendah.

Beruntung, kekurangan ini sedikit teratasi oleh Microsoft dengan fitur Link to Windows, yang memungkinkan integrasi antara smartphone Android dan PC Windows, sehingga pengalaman penggunaan lebih lancar.

Meskipun tidak sehalus ekosistem yang dibangun oleh satu merek untuk perangkat keras dan perangkat lunaknya, setidaknya ini menjadi solusi sementara. Dengan Link to Windows, kita dapat menerima telepon, melihat foto di galeri, membalas chat dan pesan, serta membaca notifikasi langsung dari PC Windows.

10. Terlalu Sering Merilis Produk Baru

Kadang-kadang, saya merasa beberapa merek smartphone Android terlalu sering merilis lini terbaru dari produk mereka. Misalnya, setelah Oppo merilis Oppo Reno 10, tak lama kemudian muncul Oppo Reno 11, dan setelah itu Oppo Reno 12.

Hal ini juga terjadi di banyak merek lainnya. Pergerakan perilisan produk bisa sangat cepat, bahkan tak sedikit merek yang merilis seri baru dengan sedikit perubahan signifikan dibandingkan seri sebelumnya.

Sumber: