Begini Cara Aplikasi Temu Ancam UMKM di Indonesia, Strateginya Mengerikan
Cara Aplikasi Temu Ancam UMKM di Indonesia-RJ-
Bagaimana cara kerja Temu, apa bahayanya, dan mengapa aplikasi ini berkembang pesat di seluruh dunia? Bagaimana dampaknya terhadap e-commerce lain seperti Shopee, Tokopedia, dan Blibli jika Temu masuk ke Indonesia? Dan yang paling penting, bagaimana nasib UMKM Indonesia jika Temu benar-benar berhasil menembus pasar?
Mari kita bahas cara kerja Temu dan mengapa aplikasi ini dianggap berbahaya. Temu adalah aplikasi e-commerce dari Pinduoduo Holding (PDD), e-commerce terbesar kedua di China, yang menjual produk dengan harga diskon untuk pasar lintas negara.
Temu dianggap berbahaya bagi UMKM di Indonesia karena terhubung langsung dengan 80 pabrik di China. Saat ini, Temu telah beroperasi di 58 negara, termasuk Amerika Serikat. Aplikasi ini menawarkan berbagai produk dengan harga sangat terjangkau, mulai dari pakaian, aksesori, alat olahraga dan hobi, hingga barang-barang rumah tangga.
Dengan berbagai kelengkapan dan harga yang sangat murah, wajar jika masyarakat tertarik untuk beralih berbelanja melalui Temu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi platform e-commerce lokal seperti Shopee, Blibli, Lazada, dan lainnya, yang mungkin terancam kehilangan pangsa pasar.
Fenomena ini mirip dengan kasus awal TikTok Shop, yang sempat didemo oleh penjual offline karena penjualan mereka menurun akibat persaingan dengan belanja online.
Namun, model bisnis TikTok Shop masih melibatkan reseller dan afiliasi, yang membuka peluang lapangan kerja, terutama dengan kolaborasi bersama Tokopedia. Sedangkan Temu berbeda—tidak ada perantara, reseller, atau afiliasi. Barang langsung dikirim dari pabrik di China ke konsumen di Indonesia.
Temu memiliki akses ke skala produksi dan distribusi yang sangat besar dari pabrik-pabrik di China, sehingga mampu menawarkan barang dalam jumlah besar dengan biaya jauh lebih rendah.
Sementara itu, UMKM Indonesia biasanya tidak memiliki akses ke rantai pasokan global yang efisien, sehingga biaya produksi dan distribusi bagi UMKM lokal sangat tinggi. Hal ini membuat mereka sulit bersaing dengan produk impor dari Temu.
UMKM Indonesia juga menghadapi keterbatasan dalam hal sumber daya seperti modal, teknologi, dan kapasitas produksi. Sebaliknya, Temu didukung oleh perusahaan besar di China dengan infrastruktur kuat, sehingga dapat beroperasi dengan biaya rendah dan menawarkan harga produk yang jauh lebih kompetitif.
Kondisi ini menciptakan ketidaksetaraan dalam persaingan, di mana konsumen cenderung memilih produk dengan harga lebih murah. Namun, bagi produsen UMKM, situasi ini bisa menjadi bencana.
Bagaimana strategi Temu bisa meluas dengan cepat ke seluruh dunia? Keberhasilan Temu tidak terlepas dari strategi pemasaran digital yang sangat intensif, termasuk promosi besar-besaran melalui media sosial.
Selain itu, aplikasi ini menerapkan model supply chain yang terhubung langsung antara produsen dan konsumen, atau dikenal dengan istilah factory-to-customer. Strategi ini menghilangkan perantara seperti distributor, sehingga dapat memangkas biaya yang besar, termasuk biaya ritel, distribusi, dan afiliasi.
Dengan model bisnis ini, Temu mampu menyaingi e-commerce besar yang sudah lama berjaya di dunia, seperti Amazon, Alibaba, dan Shopee. Aplikasi Temu pertama kali diluncurkan oleh Colin Huang, seorang pengusaha asal China, di Amerika Serikat pada September 2022 melalui PDD Holdings. Huang sendiri adalah orang terkaya nomor empat di China, dan sebelumnya pernah menempati posisi orang terkaya nomor satu, lebih kaya dari Jack Ma.
Sejak diluncurkan, Temu berhasil mencapai 30 juta unduhan hanya dalam satu bulan, menjadikannya aplikasi belanja nomor satu di Google Play Store. Bahkan di negara lain seperti Thailand dan Amerika Serikat, Temu menawarkan diskon hingga 90%, yang tentunya sangat menggiurkan bagi konsumen, terutama di Indonesia yang dikenal konsumtif.
Saat ini, aplikasi Temu sudah digunakan oleh lebih dari 850 juta pengguna di seluruh dunia—sebuah pencapaian yang luar biasa. Temu bekerja sama langsung dengan produsen di China, memungkinkan mereka untuk mendapatkan harga yang sangat rendah.
Sumber: