Banyak Anak dan Remaja Sudah Terkena Diabetes, Begini Cara Mengubah Pola Konsumsi Gula

Banyak Anak dan Remaja Sudah Terkena Diabetes, Begini Cara Mengubah Pola Konsumsi Gula

Cara Mengubah Pola Konsumsi Gula-RJ-

Bayangkan jika edukasi mengenai gula ini tidak sampai atau tidak membuat banyak orang di Indonesia menyadari bahaya sebenarnya dari gula.

Berbeda dengan Singapura yang memiliki sistem pengklasifikasian makanan dan minuman berdasarkan kadar gula secara transparan dari grade A hingga grade D untuk produk dengan kadar gula lebih dari 10 gram, Indonesia belum memiliki sistem serupa. Singapura sangat sadar akan bahaya gula, sedangkan di Indonesia, kesadaran akan gula masih kurang.

Mengubah Pola Pikir Mengenai Konsumsi Gula

Kuliner di Indonesia yang umumnya sangat manis dan iklan yang tidak membatasi produk dengan kadar gula tinggi menambah tantangan. Berbeda dengan Singapura dan Inggris, yang memiliki kebijakan untuk iklan makanan dan minuman tinggi gula, Indonesia belum memiliki aturan seperti itu.

BACA JUGA:Ketahui! 7 Tanda-tanda Tubuh Terlalu Banyak Gula yang Sering Diabaikan

BACA JUGA:7 Manfaat Cokelat Putih untuk Kesehatan: Lebih dari Sekadar Gula dan Susu

Ditambah lagi, masyarakat kita cenderung kurang sadar akan bahaya gula dan sifat gula yang adiktif. Tidak mengherankan jika kita menempati urutan kelima di dunia dalam jumlah kasus diabetes. Untungnya, masih ada influencer yang berani berbicara mengenai bahaya gula, meskipun beberapa orang memiliki pola pikir yang unik.

Ada sebagian orang yang berpikir, "Makan makanan sehat ujungnya mati, makan makanan gak sehat mati juga, mendingan makan enak mau sehat gak sehat ujung-ujungnya pasti mati juga." Mereka tidak mempertimbangkan dampak jangka panjang, seperti sakit atau kesulitan berobat.

Pengobatan diabetes tidak murah dan berbeda dengan membeli paracetamol di apotek; biaya pengobatan bisa menjadi beban berat bagi keluarga jika seseorang tidak mampu.

Apa argumen yang tepat untuk menghadapi pola pikir seperti ini?

Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan dampak gula terhadap produktivitas dan kesehatan mental, seperti gangguan fokus, kecemasan, atau bahkan depresi. Tahukah Anda bahwa salah satu penyebab seseorang menjadi malas atau merasa lelah meskipun tidak melakukan aktivitas fisik adalah konsumsi gula?

Ketika kita mengonsumsi gula berlebihan, pankreas, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, melepaskan banyak insulin untuk menurunkan kadar gula dalam darah.

BACA JUGA:Tips dan Trik Menghindari Gula Berlebih untuk Kehidupan Sehari-Hari

BACA JUGA:7 Jus untuk Menurunkan Gula Darah untuk Kesehatan yang Lebih Optimal, Ada Jus Tomat yang Gampang Dibuat!

Awalnya, hal ini membuat kita merasa berenergi. Namun, setelah itu, kadar gula darah turun drastis, mengakibatkan kita merasa lelah dan malas karena tubuh kehilangan energi yang stabil.

Oleh karena itu, banyak orang di luar negeri yang mengikuti tren puasa gula. Perubahan yang terlihat dari puasa gula ini termasuk kulit yang semakin baik, peningkatan produktivitas, dan manfaat lainnya. Lalu, apa yang harus dilakukan? Apakah kita harus menjalani puasa gula?

Meskipun kita belum bisa menerapkan aturan seperti di Singapura yang secara efektif meningkatkan kesadaran tentang bahaya gula, kita tidak perlu menyuruh orang yang menjual makanan tinggi gula untuk berhenti. Langkah awal yang dapat kita lakukan adalah meningkatkan kesadaran akan bahaya gula dan mengurangi konsumsinya.

Sumber: