Studi Kasus Santet Menurut Penjelasan Ilmiah, Tidak Selalu Berkaitan dengan Mistis

Studi Kasus Santet Menurut Penjelasan Ilmiah, Tidak Selalu Berkaitan dengan Mistis

Santet menurut penjelasan ilmiah-Ilustrasi/Unsplash-Edited-

Hemofilia adalah kelainan genetik di mana pengidapnya mengalami gangguan pembekuan darah. Penyakit hemofilia baru berhasil diidentifikasi pada tahun 1803, padahal cerita-cerita tentang penyakit ini sudah ada sejak zaman Mesir Kuno.

Awalnya, penyakit ini mulai diidentifikasi karena banyak beredar di kalangan bangsawan Eropa. Seiring waktu, kita berhasil mengenali penyakit ini dan sekarang sudah ada pengobatannya.

Orang dengan hemofilia kekurangan faktor pembeku darah, namun kondisinya bisa bervariasi. Ada yang sama sekali tidak bisa menghentikan pendarahan sehingga terus menerus berdarah, ada juga yang kondisinya lebih ringan dan hanya mengalami pendarahan lebih lama dari biasanya.

Mungkin di zaman dahulu, penyakit yang dianggap akibat santet adalah penyakit yang sangat parah, di mana penderita mengalami pendarahan terus-menerus. Kini kita tahu bahwa penyakit tersebut mungkin sebenarnya adalah hemofilia.

2. Kusta

Contoh kedua adalah lepra, atau kusta di Indonesia. Terdapat banyak cerita mengenai santet atau ilmu hitam yang gejalanya mirip dengan gejala penyakit lepra. Di abad pertengahan sekitar abad ke-12, penderita kusta sering dipisahkan dari masyarakat dan dianggap tidak normal.

Mereka juga tidak mendapatkan hak-hak warga pada umumnya dan sering dianggap sebagai sumber bala atau kutukan. Baru pada tahun 1873 kita mengetahui bahwa penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Saat ini, sekitar 95% orang di dunia sudah diketahui imun terhadap penyakit kusta, sehingga kasusnya sangat jarang ditemui.

3. Wabah Black Death

Salah satu cerita besar tentang black magic atau santet di Eropa, yaitu peristiwa Black Death. Pada masa itu, jutaan orang meninggal dengan cara yang mengerikan, dan banyak cerita mistika berkembang sebagai penjelasan untuk kejadian tersebut. Masyarakat Eropa pada waktu itu menganggap bahwa mereka terkena tulah atau kutukan.

Akhirnya kita mengetahui bahwa penyebab wabah tersebut adalah virus bernama Yersinia pestis, yang merebak di Eropa pada tahun 1300-an dan dibawa oleh kutu yang hidup di tikus hitam. Tikus-tikus ini menyebar karena terangkut oleh kapal-kapal dagang, sehingga wabah ini menyebar ke seluruh Eropa dan mungkin juga ke bagian dunia lainnya, meskipun yang paling parah terjadi di Eropa.

Yersinia pestis secara spesifik menyerang kelenjar getah bening, yang seharusnya berfungsi melawan kuman penyebab infeksi, membasmi sel-sel kanker, dan menghancurkan zat asing yang masuk ke dalam tubuh.

Ketika kelenjar getah bening terinfeksi, akan terjadi pembengkakan di daerah selangkangan, ketiak, paha, dan leher yang sangat menyakitkan. Saat itu, sekitar 80% orang yang terkena wabah ini meninggal.

Menurut data sejarawan, sekitar 25 hingga 200 juta orang meninggal dunia dalam kurun waktu lima tahun, yang setara dengan 5 hingga 40% populasi dunia pada saat itu.

Ketika Black Death mewabah, hampir semua cerita di masyarakat menyebut penyakit ini sebagai hukuman dari Tuhan. Pada saat itu, orang mungkin mencoba melawan penyakit ini dengan mengikuti aturan atau perintah Tuhan.

Namun, sekarang kita mengetahui bahwa penyebabnya adalah virus Yersinia pestis. Ini menunjukkan pentingnya mencari penjelasan ilmiah untuk suatu kejadian, karena dengan demikian, kita bisa menemukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut.

4. Atlet Buta

Di bagian mengenai santet atau black magic, baru-baru ini ada kasus yang ramai di media sosial Indonesia, yaitu seorang atlet sepak bola yang mengaku buta karena santet.

Namun, setelah diteliti lebih lanjut, ternyata kebutaannya disebabkan oleh konsumsi alkohol oplosan. Namun, karena ada budaya kuat di masyarakat kita yang dengan mudah menerima cerita seperti ini, banyak orang yang percaya pada saat itu, padahal penjelasan naturalnya ada.

Sumber: malaka project