Turki Menginginkan Perdamaian dengan Suriah
Turki Menginginkan Perdamaian dengan Suriah--Antaranews.com
RADAR JABAR – Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan menyatakan bahwa negosiasi antara Suriah dan Turki telah berlangsung pada berbagai tingkatan di masa lalu, dan Ankara berkomitmen untuk mencapai perdamaian di wilayah tersebut, pada Minggu (14/7).
"Wilayah ini kini telah memasuki iklim yang menghendaki perdamaian dan stabilitas. Semangat zaman memaksa kita untuk mencari perdamaian dan stabilitas," kata Fidan pada konferensi pers bersama di Istanbul dengan Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, yang mengunjungi Turki.
Mengingat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara terus-menerus "menjaga pintu terbuka untuk dialog, secara langsung atau tidak langsung," Fidan menekankan pentingnya saluran komunikasi dengan Suriah, yang telah dimulai dalam berbagai bentuk sejak tahun 2017, agar dapat memberikan hasil yang positif.
Fidan juga menambahkan bahwa ajakan Presiden Erdogan untuk mencapai perdamaian di Suriah adalah "krusial," dan mendesak agar hal tersebut mendapat perhatian.
BACA JUGA:Trump Ditembak Setelah Serukan Melawan Kejahatan, Begini Tanggapan Biden
"Mudah-mudahan mereka memahami maknanya. Ini bukan tempat di mana rasa tidak berdaya atau lemah berada," tambah Fidan.
Mekanisme dialog
Fidan menggarisbawahi bahwa kondisi saat ini di Suriah sangat rumit, dan memerlukan waktu yang cukup lama hanya untuk memulai diskusi dan menangani isu ini secara serius.
Dia juga menekankan bahwa Turki tidak hanya memikirkan kebutuhan dalam negeri, tetapi juga kemerdekaan politik serta integritas teritorial Suriah.
Di samping itu, Fidan menyoroti pentingnya pengembangan mekanisme dialog nasional berdasarkan prinsip-prinsip Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, serta mencari solusi yang didukung oleh komunitas internasional.
BACA JUGA:Joe Biden Sebut Terlalu Dini Memastikan Penembakan Terhadap Trump Percobaan Pembunuhan
Menyanggah pernyataan yang menyebutkan bahwa pandangan Turki terhadap oposisi Suriah telah berubah, Fidan menegaskan bahwa Ankara tetap pada posisinya yang sama.
Fidan juga menyampaikan bahwa Turki telah bekerja sama dengan oposisi Suriah dalam melawan kelompok teroris selama bertahun-tahun.
Ia menekankan bahwa keputusan mengenai sifat dialog dengan rezim Suriah ada di tangan oposisi, dan menambahkan bahwa kekuatan oposisi Suriah telah berkontribusi dalam mencegah meningkatnya arus pengungsi, penyelundupan, dan kejahatan terorganisir di wilayah yang mereka kuasai, yang pada gilirannya menguntungkan Turki.
Terkait jutaan warga Suriah yang mencari perlindungan di Turki selama konflik bersenjata, dia menyatakan bahwa Ankara tidak akan memaksa siapa pun untuk meninggalkan negara mereka tanpa keinginan mereka sendiri.
"Klaim provokatif yang dibuat terkait hal ini tidak memiliki validitas apa pun," tambahnya.
Fidan menyampaikan harapannya mengenai peran konstruktif Rusia dan Iran dalam proses normalisasi hubungan dengan Suriah.
Ia juga menyebutkan telah berdiskusi mengenai isu ini dengan rekannya dari Arab Saudi, dan menegaskan keyakinannya bahwa Arab Saudi akan berkontribusi secara konstruktif.
BACA JUGA:Biden Klaim Paling Layak Jadi Presiden AS di Tengah Seruan Mundur
Pernyataan ini muncul setelah Erdogan mengungkapkan bahwa Fidan dan diplomat Turki sedang membahas kemungkinan pertemuan antara Erdogan dan Presiden Suriah Bashar Assad, yang akan menjadi pertemuan pertama dalam lebih dari sepuluh tahun.
Turki mengkritik Pemerintah Suriah terkait terjadinya kerusuhan sipil di negara tersebut pada musim semi tahun 2011.
Keterlibatan Turki secara bertahap meningkat, dimulai dengan memberikan dukungan militer kepada Tentara Pembebasan Suriah pada Juli 2011, diikuti oleh bentrokan di perbatasan pada tahun 2012, serta intervensi militer langsung pada tahun 2016, 2018, 2019, dan 2022.
Operasi militer ini menyebabkan Turki menduduki wilayah utara Suriah sejak Agustus 2016.
Sumber: antaranews.com