Memahami Permasalahan Generasi Alpha, Lebih Rumit dari Generasi Z

Memahami Permasalahan Generasi Alpha, Lebih Rumit dari Generasi Z

Memahami Permasalahan Generasi Alpha-Ilustrasi/Unsplash/Vitalygariev-

RADAR JABAR - Generasi Z sering kali dipandang sebelah mata oleh generasi sebelumnya. Kita harus menyadari bahwa generasi setelah kita, yaitu Generasi Alpha, yang lahir antara tahun 2010 hingga 2025, juga akan menghadapi permasalahan yang perlu diperhatikan.

Saat ini, mereka adalah anak-anak berusia 0 hingga 14 tahun. Generasi Alpha adalah generasi emas yang terpengaruh oleh perkembangan zaman.

Generasi, pada intinya, merupakan sebuah kelompok dengan kesamaan pengalaman berdasarkan usia, lokasi, dan sejarah. Hingga kini, generasi telah dibagi menjadi lima kelompok, dan tentunya akan bertambah ke depannya, yakni Generasi Baby Boomer, Generasi X, Generasi Y (Milenial), Generasi Z, dan Generasi Alpha. Semua generasi ini telah saya paparkan secara mendasar.

Alih-alih berfokus pada generasi-generasi sebelumnya, terutama Generasi Z, mari kita alihkan perhatian kita pada generasi anak-anak zaman sekarang yang juga memiliki banyak problema.

BACA JUGA:Gen Z Wajib Tahu! Paradoks Kegagalan Karena Menelan Terlalu Banyak Informasi

Jika generasi sebelumnya menghadapi masalah karena kerasnya zaman, Generasi Milenial dan Generasi Z menghadapi masalah karena perkembangan teknologi dan pemikiran yang terlalu bebas, Generasi Alpha menghadapi problema karena kerasnya dunia modern saat ini.

Bukankah dengan era teknologi yang modern ini semuanya menjadi lebih mudah? Seharusnya kita bersyukur karena generasi emas kita ini akan menjadi orang-orang hebat berkat kemudahan teknologi yang lebih canggih. Memang benar bahwa banyak anggota Generasi Alpha yang sangat berprestasi dan berbakat.

Hal ini terbukti dari anak-anak sekarang yang mampu mencapai prestasi pada usia dini dibandingkan generasi sebelumnya, seperti menjadi siswa-siswi yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata di usia dini dan mencapai pekerjaan-pekerjaan yang out of the box seperti programmer, editor, dan berbagai pencapaian lainnya.

Anak-anak yang dimaksud di sini benar-benar anak-anak atau bocil karena mereka adalah Generasi Alpha yang lahir sejak tahun 2010. Ini merupakan tanda bagus karena generasi kita dan bahkan generasi sebelumnya jarang sekali mampu mencapai prestasi-prestasi keren tersebut di usia muda. Namun, itulah sisi positif dari Generasi Alpha ini.

Meskipun Generasi Alpha memiliki banyak kelebihan, mereka juga menghadapi banyak masalah. Seperti konsep Yin dan Yang, kebaikan dan keburukan berjalan seimbang. Mari kita bahas masalah yang dihadapi oleh Generasi Alpha, yaitu Brainrot.

Anak-anak kecil ini berhadapan dengan internet, sebuah kalimat yang cukup menggambarkan permasalahan mereka. Dahulu, tindakan buruk, kenakalan, dan konten atau berita aneh biasanya baru kita konsumsi ketika berumur 17 tahun ke atas. Pada usia tersebut, kita sudah mulai bisa memahami. Jika ada yang mengalaminya di bawah usia itu, biasanya memang anak tersebut sudah nakal.

Namun, situasinya sekarang berbeda. Kenakalan-kenakalan ini mulai mencemari Generasi Alpha yang masih sangat muda atau bahkan di bawah umur. Sebagai bukti, banyak berita tentang perlakuan-perlakuan di luar nalar yang dilakukan oleh anak-anak.

Misalnya, siswa SMP yang tega melakukan kekerasan terhadap temannya, anak-anak yang berbicara kasar, anak-anak yang meremehkan pendidikan untuk berinvestasi dalam kripto dengan uang tabungan atau uang orang tua, dan perilaku lainnya yang membuat kita geleng-geleng kepala.

Di luar negeri, situasinya lebih mengkhawatirkan. Banyak anak-anak yang terpapar agenda LGBT+ pada usia sangat muda. Semua ini adalah anak-anak di bawah umur. Selain dari data, banyak bukti nyata di kehidupan sehari-hari yang menunjukkan hal ini. Semua ini terjadi karena anak-anak zaman sekarang terlalu dini menggunakan teknologi.

Sumber: