Pembicaraan Damai Antara Azerbaijan dan Armenia Akan Dilanjutkan Pada Bulan Februari Ini
Petugas sedang membersihkan ranjau di sekitar jalanan Aghdam, Azerbaijan, Sabtu (4/3/2023). Setelah Perang Karabakh Kedua berakhir pemerintah Azerbaijan memulai operasi pembersihan ranjau secara ekstensif di tanah yang pernah diduduki. --ANTARA/Azis Kurmala/am.
RADAR JABAR - Delegasi dari dua negara tetangga, Azerbaijan dan Armenia, dijadwalkan untuk melakukan pembicaraan perdamaian dalam beberapa hari mendatang. Hal tersebut diumumkan oleh negara-negara Kaukasus selatan tersebut pada hari Senin (26/2).
"Meski ada jeda tertentu dalam negosiasi, pengerjaan teks perjanjian perdamaian terus berlanjut," ujar pernyataan Menteri Luar Negeri Azerbaijan Jeyhun Bayramov berdasarkan laporan AzerNews yang berbasis di Baku.
"Namun, setelah pertemuan antara Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, di sela-sela pertemuan Konferensi Keamanan Munich (awal bulan ini), diputuskan untuk memulai kembali prosesnya,” tambahnya.
BACA JUGA:Agen Kedutaan Israel Baru Menodongkan Senjata Setelah Aaron Bushnell Tewas Bakar Diri
Bayramov juga menyatakan, ""Negosiasi secara fisik juga telah direncanakan atas perjanjian perdamaian antara delegasi Azerbaikan dan Armenia dalam beberapa hari ke depan," sesuai laporan dari surat kabar tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Armenia, Ani Badalyan, melalui Facebook, mengumumkan bahwa pertemuan tersebut akan berlangsung pada tanggal 28-29 Februari di Berlin, sesuai kesepakatan yang dicapai selama pertemuan trilateral pada tanggal 16-18 Februari selama Konferensi Keamanan Munich.
Ketegangan antara Azerbaijan dan Armenia telah berlangsung sejak tahun 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, serta tujuh wilayah terdekat, termasuk Kalbajar.
BACA JUGA:Presiden Meksiko Tolak Bertanggung Jawab Setelah Mengungkapkan Nomor Wartawan
Azerbaijan kemudian merebut kembali sebagian besar wilayah tersebut dalam perang pada tahun 2020 yang berakhir dengan perjanjian perdamaian yang dimediasi oleh Rusia, membuka jalan bagi normalisasi.
Pada bulan September tahun lalu, Azerbaijan meluncurkan operasi anti-terorisme di Karabakh untuk mengembalikan tatanan konstitusional, setelah pasukan separatis ilegal menyerah.
Namun, ketegangan di perbatasan antara Azerbaijan dan Armenia memuncak kembali pada tanggal 12 Februari, ketika Baku melaporkan bahwa salah satu prajuritnya terluka akibat tembakan dari pasukan Armenia ke arah distrik Zangilan di barat daya negara tersebut.
Keesokan harinya, Azerbaijan menyatakan telah melakukan "operasi balasan" sebagai respons, menghancurkan pos tempur yang menyerang tentara mereka. Armenia melaporkan empat prajuritnya tewas dalam insiden tersebut.*
Sumber: antara