3 Fakta Ironis Sistem Pinjol dan Paylater Sebagai Perangkap Kemiskinan

3 Fakta Ironis Sistem Pinjol dan Paylater Sebagai Perangkap Kemiskinan

Fakta Ironis Sistem Jebakan Pinjol dan Paylater-RJ-

RADAR JABAR - Menjamurnya penawaran pinjaman online (pinjol), baik yang legal maupun ilegal, menggoda banyak orang untuk menggunakannya sebagai solusi masalah keuangan. Maraknya modus baru dari pinjol dan investasi ilegal demi menjerat para korban. Ada sederet fakta ironis tentang pinjol dan paylater yang membuat banyak masyarakat terjebak jurang kemiskinan.

Mengapa pinjol ilegal ini marak? Karena prosesnya mudah. Guru honorer di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, terjerat pinjaman online atau pinjol. Pinjaman awalnya hanya 3 juta rupiah, namun membengkak hingga ratusan juta rupiah.

Bagaimana suatu industri pinjol yang seharusnya membantu bisa berubah menjadi alat yang memperburuk kemiskinan? industri pinjol sudah berkembang pesat di berbagai negara dan telah mempengaruhi kehidupan ekonomi banyak orang.

Seakan menjadi penyelamat dalam situasi darurat, kini berbalik arah menjadi penyebab utama banyak orang semakin terperangkap dalam kemiskinan. Pada permukaannya, industri pinjol menjanjikan kemudahan dan kenyamanan. Mereka menawarkan dengan hanya beberapa klik tanpa perlu prosedur yang melelahkan seperti survei sana-sini.

Namun kenyataannya, apakah semanis itu? Ternyata tidak. Banyak pelanggan yang malah terjerat hutang harus menghadapi realita pahit. Di mana ada janji-janji manis di permukaan, yang kedua ternyata suku bunga yang menggigit.

Suku bunga harian atau bahkan mingguan yang tinggi sekali bisa cepat membuat masalah kecil menjadi besar. Orang-orang yang terjebak dalam pinjaman dengan suku bunga tinggi seringkali harus berhadapan dengan beban finansial yang susah diatasi.

BACA JUGA:2 Faktor Utama Penyebab Kemiskinan di Indonesia Meningkat, Sampai Banyak Lahir Orang Miskin Baru

Sebagai akibatnya, kemiskinan yang awalnya menjadi masalah kecil dapat dengan cepat menjadi jeratan masalah yang berat. Yang ketiga adalah praktik penagihan yang kasar. Beberapa perusahaan pinjol menggunakan metode penagihan yang tidak etis, termasuk ancaman, tekanan, dan penagihan yang agresif.

Praktik ini dapat mengakibatkan stres emosi dan keuangan bagi peminjam yang gagal membayar tepat waktu. Yang keempat adalah kurangnya transparansi. Banyak pelanggan pinjol mungkin tidak sepenuhnya memahami persyaratan dan ketentuan kontrak mereka. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian, membuat individu terjebak dalam situasi yang tidak mereka pahami sepenuhnya.

3 Fakta Ironis Pinjol dan Paylater

Siapa saja pengguna pinjol terbanyak saat ini? Peringkat ketiga diduduki oleh ibu rumah tangga, selanjutnya korban PHK, dan posisi pertama adalah guru honorer.

1. Guru Banyak Terjerat Pinjol

Fakta ini memang sangat ironis. Guru, sosok yang seharusnya membimbing masyarakat tentang bahaya pinjol ilegal, sekarang ditemukan dalam dilemanya sendiri. Banyak dari mereka terjerat dalam jaringan pinjol ilegal, dan ada alasan kuat di balik perubahan ini. Ternyata, penyebabnya adalah ekonomi.

Guru honorer, yang menjadi tulang punggung pendidikan di berbagai pelosok negeri, menghadapi kenyataan pahit. Gaji mereka seringkali hanya sebesar Rp300.000 per bulan, bahkan lebih rendah. Uang ini harus mencukupi kebutuhan mereka di tengah meningkatnya biaya hidup.

Bahkan membeli pulsa dan listrik saja bisa menguras gaji itu. Nah, semua ini bisa jadi ironis dibandingkan dengan alokasi dana besar APBN 2024 yang mencapai lebih dari Rp600 triliun.

Alhasil, orang-orang yang sedang berjuang secara ekonomi akhirnya bisa terjerat utang yang tidak bisa mereka lunasi, dan mengalami penumpukan utang yang semakin besar karena bunga berbunga. Akhirnya, ya, terperangkaplah dengan kemiskinan.

2. Banyak Orang jadi Miskin Karena Pinjol

Sumber: