6 Bukti Israel Tidak Sanggup Melanjutkan Perang, Salah Satunya Konflik Biden dan Netanyahu

6 Bukti Israel Tidak Sanggup Melanjutkan Perang, Salah Satunya Konflik Biden dan Netanyahu

Bukti Israel Tidak Sanggup Melanjutkan Perang-Istimewa-

RADAR JABAR - Sampai hari ini, perang di Timur Tengah masih berkecamuk. Tujuan Israel untuk memusnahkan Hamas masih jauh dari kata berhasil.

Semakin hari, Israel semakin tidak mendapatkan progres apapun, sementara para pejuang Palestina malah semakin menunjukkan kekuatannya kepada dunia.

Ambisi buta untuk menguasai Jalur Gaza harus dibayar dengan hilangnya nyawa para pasukan Zionis, sehingga Israel semakin kecil kemungkinannya untuk mencapai tujuan mereka. Inilah bukti bahwa Israel tak sanggup melanjutkan perang:

1. Bangkrut

Keuangan Israel berada di ambang kebangkrutan. Kementerian Israel bahkan harus menutup 10 kementerian lain karena negara menghadapi defisit. Hal ini disebabkan oleh peperangan yang tak kunjung usai.

Harga alat-alat perang sangat fantastis, seperti rudal Tamir milik Iron Dome Israel yang harganya sekitar Rp312 juta hingga Rp1,5 miliar per unit, setara dengan harga satu unit rumah di Indonesia. Belum lagi, alat-alat tempur lainnya seperti tank, artileri, dan lain-lain, memiliki harga yang sangat mahal.

Contohnya, tank Merkava, kebanggaan mereka, dibandrol dengan harga Rp54 miliar. Dilansir dari surat kabar Calcalist, Israel diperkirakan menghabiskan dana sebesar 51 miliar USD atau setara dengan Rp795 triliun, sebagian besar untuk biaya pertahanan dengan nilai ditaksir sekitar 252 juta USD per hari.

BACA JUGA:Tentara Israel Berpura-pura Sebagai Tenaga Medis untuk Menyerang Rumah Sakit di Jenin

Intinya, selama perang ini, keuangan Israel mengalami penurunan yang luar biasa sehingga sulit untuk membeli peralatan militer.

2. Lebih dari 2000 Tentara Zionis Kabur

Kabar banyak tentara Zionis yang kabur ini dikutip dari Pars Today. Para pengamat militer baru-baru ini melaporkan bahwa sekitar 2000 tentara Israel memilih kabur dari medan pertempuran karena tidak sanggup berperang di Jalur Gaza.

Pembangkangan ini belum pernah terjadi sebelumnya sejak didirikannya Angkatan Bersenjata Israel (IDF). Berita tentang kaburnya 2000 pasukan ini sengaja ditutupi oleh Israel karena takut lebih banyak lagi tentara yang akan melakukan desersi di masa depan.

Ini bisa menjadi faktor kegagalan bagi Israel karena tentara yang kabur berasal dari pasukan inti. IDF menerapkan hukuman berat bagi para prajurit yang melarikan diri selama perang, dan telah memanggil setidaknya 360.000 pasukan cadangan untuk perang di Jalur Gaza.

Asosiasi Veteran Penyandang Cacat Israel melaporkan bahwa sejak dimulainya perang pada 7 Oktober lalu, sebanyak 1600 tentara IDF menjadi cacat fisik, dan diperkirakan ribuan tentara lainnya menderita gangguan stres berat atau PTSD. Sehingga selain kabur dari medan perang, tentara Israel lainnya tidak bisa melanjutkan perang karena mengalami cacat dan gangguan jiwa.

3. Bersatunya Faksi Perlawanan Palestina

Jika kita berpikir bahwa di sana Israel sedang berperang melawan Hamas itu bisa dibilang kurang tepat. Nyatanya di medan perang Hamas tidaklah sendiri, ada beberapa faksi militer lain yang ada di belakang Hamas.

Bahkan sebelum perang pecah pada 7 Oktober 2023 lalu Brigade alqassam atau sayap militer Hamas diketahui sudah rajin melakukan latihan-latihan perang dengan sayap militer dari faksi-faksi militer lain di Palestina.

Sumber: