Penyebab Ketindihan - Memahami dari Perspektif Medis, Bukan Mistis

Penyebab Ketindihan - Memahami dari Perspektif Medis, Bukan Mistis

Ilustrasi--Freepik/tirachardz

RADAR JABAR - Bagi sebagian orang, ketindihan seringkali dianggap fenomena mistis Namun tenang dulu, penyebab ketindihan sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah.

Ketindihan, atau dalam istilah medis dikenal sebagai sleep paralysis, adalah fenomena di mana seseorang merasa sadar tetapi tidak mampu bergerak atau berbicara. Fenomena ini sering dikaitkan dengan hal-hal mistis di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. 

Sleep paralysis adalah gangguan tidur yang terjadi saat seseorang berada di antara tahap terjaga dan tidur, baik saat hendak tertidur atau saat terbangun. Selama kondisi ini, individu sadar namun tidak dapat bergerak atau berbicara. Durasi kejadian bisa dari beberapa detik hingga beberapa menit.

Namun, penjelasan ilmiah telah menunjukkan bahwa ketindihan merupakan kondisi yang berkaitan dengan mekanisme tidur kita. Artikel ini akan menjelaskan penyebab ketindihan dari sudut pandang medis.

Berikut Faktor-Faktor Penyebab Ketindihan

1. Siklus Tidur yang Terganggu

Ketindihan sering terjadi karena siklus tidur yang tidak normal. Tubuh kita memiliki siklus tidur yang disebut dengan REM (Rapid Eye Movement) dan NREM (Non-Rapid Eye Movement).

Sleep paralysis biasanya terjadi saat transisi antara fase REM dan NREM. Selama fase REM, tubuh kita mengalami atonia, yaitu kondisi di mana otot-otot tubuh menjadi sangat rileks hingga hampir tidak bisa bergerak, sebagai mekanisme alami untuk mencegah kita bergerak saat bermimpi.

BACA JUGA:7 Cara Mengatasi Sakit Leher Akibat Posisi Bantal Tidur yang Salah

2. Kualitas Tidur yang Buruk

Kualitas tidur yang buruk dan tidak teratur dapat meningkatkan risiko terjadinya ketindihan. Hal ini termasuk kurang tidur, jadwal tidur yang berubah-ubah, dan tidur di lingkungan yang tidak nyaman atau berisik.

3. Stress dan Kecemasan

Stress dan kecemasan merupakan faktor penting lainnya. Kondisi mental ini dapat mengganggu pola tidur normal dan meningkatkan kemungkinan mengalami sleep paralysis. Orang yang mengalami gangguan kecemasan atau stres berat lebih rentan mengalami ketindihan.

4. Posisi Tidur

Posisi tidur juga mempengaruhi kemungkinan terjadinya sleep paralysis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur telentang meningkatkan risiko ketindihan, meskipun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami.

Dampak Psikologis

Meski tidak berbahaya, sleep paralysis dapat menjadi pengalaman yang menakutkan. Pengalaman ini seringkali disalahartikan sebagai bukti adanya gangguan mistis atau supernatural. Hal ini dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan terkait tidur, yang justru memperburuk kondisi.

BACA JUGA:3 Waktu Terlarang untuk Tidur dalam Islam, Bisa Mempersulit Rezeki!

Cara Mengatasi

Untuk mengurangi risiko sleep paralysis, beberapa langkah dapat diambil:

Pola Tidur Teratur: Menciptakan jadwal tidur yang konsisten dan memastikan tidur yang cukup.

Sumber: