Mengapa Orang Bodoh Merasa Pintar? Kenali Istilah Dunning Kruger Effect
Mengapa Orang Bodoh Merasa Pintar-Ilustrasi/Unsplash-
Bayangkan ada seseorang yang baru belajar tentang cara membuat konten yang baik dan benar. Dia berbagi pengetahuannya melalui media sosial dan mendapatkan dukungan serta pujian yang besar dari teman-temannya.
Beberapa di antaranya bahkan sudah menganggapnya sebagai ahli, meskipun ia baru belajar selama satu minggu, kontennya baru satu, dan akun YouTube serta TikTok-nya belum dimonetisasi atau mendapat perhatian di For You Page (FYP). Namun, dia sudah merasa pintar dan layak dipanggil "Master," "suhu," atau "guru" dalam hal pembuatan konten.
Bahkan, dia memiliki rencana untuk membuat buku dan mengisi seminar-seminar tentang pembuatan konten. Namun, apakah mungkin seseorang dengan pengalaman sebatas itu langsung diangkat sebagai guru konten kreator?
Seharusnya, semakin dia belajar, semakin dia menyadari bahwa dia masih perlu berkembang. Seperti burung yang baru belajar terbang, dia mungkin mulai dari bawah dan, seiring waktu, akan naik. Dalam proses belajar, dia seharusnya merasa tidak terlalu percaya diri pada awalnya, tetapi seiring berjalannya waktu, rasa percaya dirinya seharusnya meningkat.
Level kemampuan seseorang dapat dilihat dari prestasi yang dicapai dan waktu yang diinvestasikan untuk belajar. Oleh karena itu, sulit untuk memahami bagaimana seseorang yang baru belajar dan hanya membuat satu konten bisa dianggap sebagai guru konten kreator tanpa melalui proses belajar yang lebih mendalam dan pengalaman yang lebih luas.
Bagaimana mungkin seseorang yang belajar agama dari YouTube berani memaki-maki guru agama atau Ustadz yang sudah puluhan tahun mengasuh pondok pesantren?
Ini mengingatkan pada kata-kata Imam Ghazali yang menyebut jenis manusia paling buruk adalah yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, dan selalu merasa memiliki ilmu, padahal sebenarnya tidak tahu apa-apa.
BACA JUGA:8 Tips Belajar untuk Seseorang dengan Gaya Belajar Kinestetik
Khususnya, manusia jenis ini sulit disadarkan karena mereka cenderung membantah ketika diingatkan. Mereka selalu merasa tahu bagaimana cara terhindar dari efek tersebut.
Untuk menghindari orang-orang seperti ini, saat memilih karyawan atau tim, penting untuk mengecek rekam jejak mereka, melihat apa yang sudah mereka lakukan dan hasil yang telah dihasilkan.
Dalam konteks belajar dan mengembangkan diri, sebaiknya tidak pindah-pindah bidang. Lebih baik menjadi ahli dalam satu bidang, seperti yang dikatakan Candra, bahwa setahun belajar membuat kita terbiasa, dua tahun belajar secara terus-menerus membuat kita menjadi ahli, tiga tahun membuat kita pakar, dan di atas lima tahun kita belajar terus-menerus akan membuat kita menjadi Master.
Jadi, jika tidak tahu tentang suatu hal, lebih baik diam dan belajar mendengarkan daripada bicara tanpa dasar. Bicara tanpa pengetahuan hanya akan memperlihatkan kebodohan kita, dan jika orang-orang bodoh memilih untuk diam, kebodohan tersebut tidak akan menyebar.
Sumber: