Guru Besar FEB UI Minta Akuntan Untuk Pahami SDGs Secara Komperhensif
Guru Besar Tetap di bidang Ilmu Akuntansi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Ratna Wardhani.--ANTARA/HO-Humas UI
RADAR JABAR - Guru Besar Tetap di bidang Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Ratna Wardhani meminta para akuntan untuk lebih memahami mengenai Sustainable Development Goals (SDGs) secara komperhensif. Selain itu akuntan juga diminta untuk memahami pengukuran monitoring serta evalusi dan juga tata kelola dari kinerja tersebut.
"Akuntan dituntut untuk memahami konsep dan mendukung pencapaian keberlanjutan (SDGs) secara komprehensif, memahami bagaimana pengukuran, monitoring dan evaluasi, serta tata kelola dari kinerja tersebut. Akuntan perlu mengambil leading roles dalam mengakselerasi pertumbuhan kinerja keberlanjutan" ujar Prof. Ratna Wardhani di Kampus UI Depok, pada Senin (31/7).
Menurutnya beberapa perusahaan multinasional serta perusahaan besar dalam berbagai negara telah memiliki kesadaran mengenai pentingnya keberlanjutan, serta laporan mengenai kinerja keberlanjutan mereka pada pemangku kepentingan, termasuk perusahaan di Indonesia. Meskipun begitu masih banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam menetapkan strategi keberlanjutan yang tepat pada sasarannya.
Selanjutnya Prof. Ratna Wardhani menjelaskan mengenai Sustainability Performance Measurement Framework (SPMF) yang lahir sebagai hasil proses systematic review yang dilakukan atas aturan, standar serta panduan pelaporan keberlanjutan. Proses tersebut yaitu POJK 51/POJK.03/2017 mengenai Penerapan Keuangan berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten serta Perusahaan Publik.
Untuk panduan teknisnya sendiri telah diatur dala SEOJK 16/SEOJK.04/2021 mengenai Bentuk dan Isi Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, exposure draft International Financial Reporting Standard (IFRS) Sustainability Disclosure Standards, Global Reporting Initiative (GRI) Standards, yang dikeluarkan oleh Sustainability Accounting Standards Board (SASB), serta panduan dari Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD).
Selain itu, Prof Ratna telah mengamati sebanyak 80 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki skor Envrionmental, Social, and Governance (ESG). 80 perushaan tersebut, telah dilakukan evaluasi kepada 68 perusahaan yang telah mempublikasikan Laporan Keberlanjutan pada tahun buku 2022.
Hasilnya diketahui bahwa sebagian besar perusahaan telah mengungkapkan mengenai kinerja lingkungan yang terkait oleh limbah, emisi, energi, serta air dan limbah cair. Sementara, dari 90 persen perusahaan telah mengungkapkan informasi kinerja yang berkaitan dengan penggunaan energi dalam organisasi, emisi cakupan 1 dan 2, beserta dengan pengelolaan limbah.
Selain itu, indikator kinerja yang terkait dengan keanekaragaman hayati, material, serta penilaian lingkungan hidup kepada pemasok, diketahui relatif lebih sedikit diungkapkan.
"Saya ingin menekankan kembali bahwa pencapaian SDGs merupakan tanggung jawab kita bersama. Perusahaan sebagai entitas bisnis perlu melakukan strategi keberlanjutan dengan menggunakan kerangka yang jelas dan komprehensif" ujar Prof. Ratna.
Karnea hal itu, perusahaan dapat menjalankan strategi keberlanjutan yang nantinya lebih terarah serta membuka berbagai kesempatan baru yang akan mendukung pertumbuhan. Salah satunya kesempatan pendanaan, munculnya berbagai inovasi bisnis baru, serta peningkatan resiliensi perusahaan.
Ia juga menambahkan mengenai adanya kerangka yang telag dikembangkan diharapkan mampu digukanan sebagai mengakselerasi kinerja keberlanjutan kepada beberapa pihak yang tentunya melakukan penyesuaian kepada kontekstualnya masing-masing.*
Sumber: antara