Siapkan Generasi Emas, Bima Arya Dorong IDI Perbanyak Riset

Siapkan Generasi Emas, Bima Arya Dorong IDI Perbanyak Riset

Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor Ilham Chaidir. -(Yudha Prananda / Jabar Ekspres)-

BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya meminta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor tidak hanya meriset bidang kesehatan saja. Dia mendorong jajaran IDI untuk perbanyak riset di bidang lainnya agar Indonesia tidak menjadi 'pengekor' dan dalam upaya menyiapkan Generasi Emas 2045.

“Ke depan kita perlu riset, karena target kita adalah 2045 Indonesia Emas. Tapi kembali lagi kondisi saat ini, bisa tidak kita menjemputnya. Riset untuk menguatkan langkah agar kita tidak selalu menjadi pengekor," ungkapnya saat menghadiri Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IDI ke-XIV belum lama ini.

"Riset itu tidak hanya ilmu kedokteran semata, tetapi semua bidang. Sehingga akan lebih mudah melangkah jika kita memiliki data,” imbuhnya.

Menurutnya, selama dua tahun pandemi semua 'lesson learned' dan semua belajar banyak. Satu hal yang diamati adalah kecenderungan selalu 'pengekor' dan 'serba gelap', selalu mengikuti apa yang negara lain lakukan berdasarkan riset.

Dia menilai, ada satu fenomena menarik ketika giat Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), dimana capaian BIAN Kota Bogor ada di 17 se-Jawa Barat dan Kota Bandung ada di posisi terakhir.

Sementara capaian imunisasi lebih tinggi justru ada di daerah-daerah rural atau pedesaan, seperti di Pangandaran, Ciamis dan wilayah lainnya.

Untuk mengetahui hal itu bisa terjadi, diperlukan riset agar metode yang dipilih cocok sehingga persoalan-persoalan yang dihadapi bisa selesai.

“Ke depan kita butuh riset-riset lainnya, jangan sampai menembak nyamuk pakai meriam dan jangan sampai juga musuh datang kita tidur. Jadi based on scientific research. Karena ini untuk menyambut bonus demografi, jika tidak disikapi dengan benar akan lepas. Berbusa-busa kita teriak target ke depan, tapi imunisasi saja tidak selesai,” jelasnya.

Pihaknya mendata ada 1.300 dokter di Kota Bogor dan jumlah dokter di Indonesia 25 persennya ada di Jawa Barat.

"Luar biasa, dengan kuantitas segitu harusnya kualitas kesehatannya sesuai. Hari ini saya senang ada disini untuk menyemangati, memotivasi dan Insya Allah berkolaborasi. Pemkot Bogor bersama teman-teman dokter menatap masa depan dengan berkolaborasi,” lugasnya.

Bima mengungkapkan, saat ini semua ada di fase yang disebut para pemimpin dunia sebagai fase The Edge of Uncertainty (era ketidakpastian), dimana semua sangat bisa berubah dalam hitungan yang cepat.

Semua diminta untuk hati-hati, pasalnya, banyak tren yang terjadi diluar dugaan dan diluar prediksi, diantaranya pandemi wabah Covid-19, perang, penyakit cacar monyet hingga kenaikan BBM.

Pemerintah pusat dalam arahannya kepada para kepala daerah selalu diingatkan untuk berkolaborasi karena referensi serba terbatas. Padahal semua harus antisipasi menghadapi perubahan yang serba cepat dan semua tidak pernah tahu apa yang terjadi di depan.

Dia menekankan, ke depan tentunya Kota Bogor perlu banyak riset, bukan riset untuk komersialisasi, tetapi untuk memperbaiki kebijakan publik, termasuk kebijakan kesehatan, sistem rujukan yang paling efektif, asuransi dan yang lainnya.

Sumber: