Solidaritas Sejahterakan Masyarakat, Kampung Tangguh Pasirlayung Bangun Kemandirian Pangan Berbasis Kewilayaha
Warga Pasirlayung sedang memanen sorgum bersama dalam program Buruan SAE untuk akhirnya dipasok ke lumbung amal. (Sumber: Budi Purwa)--
BANDUNG - Kampung Tangguh Pasirlayung membangun kemandirian pangan berbasis kewilayahan. Wilayah urban dengan lahan pertanian minim ini menggencarkan program Buruan SAE yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Bandung dengan menggandeng seluruh lapisan masyarakat untuk turut berkontribusi.
Lumbung pangan menjadi salah satu program yang digencarkan di Pasirlayung saat ini, dipasok oleh masyarakat lalu hasil akan dituai kembali oleh masyarakat, hasil panen dari Buruan SAE turut dipasok disini. Warga yang kekurangan bahan pangan bisa mengambil secara cuma-cuma, tanpa dipungut biaya sepeserpun.
Ketua Kampung Tangguh sekaligus Ketua RW 08 Pasirlayung, Budi Purwa memaparkan bahwa lumbung amal yang ada, tidak hanya diperuntukkan untuk warga kelurahan Pasirlayung, tetapi warga dari wilayah lain bisa turut mengambil stok pangan jika diperlukan.
“Setiap warga yang kekurangan bahan pokok seperti beras atau jenis pangan lain bisa datang lumbung amal, itu swadaya, bahkan lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta banyak yang menyalurkan bantuan melalui lumbung amal,” jelas Budi kepada wartawan di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka No. 118, Kota Bandung, kemarin (16/6).
“Konsepnya berbagi, jadi warga yang kekurangan bisa langsung datang, dan ini bukan hanya berlaku bagi warga kelurahan Pasirlayung tapi juga dari wilayah lain, jadi kita saling komunikasi dan kolaborasi, prinsipnya penangananya berjamaah, sumbernya berjamaah,” sambungnya.
Ia menambahkan, terdapat dua cara yang digencarkan Kampung Tanggung, Kelurahan Pasirlayung dalam mendorong kemandirian pangan, yaitu pengadaan lahan pertanian melalui program Buruan SAE dan mengadakan tanggul logistik. Keduanya, ujar Budi, telah berjalan dan memberikan manfaat bagi warga.
“Setiap Jumat itu ada yang namanya Jum'at berkah, itu hasil Buruan SAE digantung-gantungin aja di balai RW, siapa (warga) yang mau ambil silahkan bebas. Setiap Jumat berkah itu ada juga nasi box di masjid-masjid bisa diambil, gratis,” terangnya.
Buruan SAE yang sejatinya merupakan program pemerintah, saat ini dikelola penuh oleh warga, termasuk pendanaan dan pengadaan bibit tanaman.
Dari program tersebut, Budi menuturkan kebutuhan masyarakat dapat terjamin, khususnya kebutuhan pangan sehari-hari. “Alhamdulillah gak ada yang kelaparan, karena di grup selalu diumumkan siapa yang butuh beras atau butuh pangan lain, kita akan koordinasikan dan langsung bantu,” jelasnya.
Lahan yang bisa dikelola sebagai wilayah agraris, paparnya, masih cukup luas. Meski begitu sistem tanam hidroponik masih tetap dikembangkan, khususnya bagi warga yang berkeinginan bercocok taman di lingkungan rumah masing-masing.
“Dari 13 RW, sudah 8 rw yang punya Buruan SAE. Sayuran relatif sama, kaya pakcoy, cabe, dan bebarapa jenis lain. Ada ternak ikan juga, rata-rata ikan lele semua, itu sepenuhnya dikelola oleh warga” kata dia.
“Biasanya itu ibu-ibu PKK. Mereka punya jadwal pemeliharaan, ada yang menyiyangi. Mungkin kalau butuh bantuan beratnya kita punya tim yang siap membantu.” imbuhnya.
Menurut Budi, sampai saat ini, pelaksanaan Buruan SAE sudah berjalan dengan efektif, bahkan kini warga telah mampu mengelola kebun sayuran mereka sendiri. Pengurus kewilayahan pun hanya perlu menggelar pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan pamahaman warga.
Pelatihan akan langsung dipimpin oleh petugas dari Dinas Pertanian, dengan konsep pelatihan training of trainers. “Tugas kita memberi pelatihannya pemahamannya, dan memberikan bantuan sarananya, siapkan potnya, pupuknya, bibitnya,” bebernya.
Sumber: