DP3AP2KB Cimahi Libatkan Guru dan Orang Tua Cegah Kekerasan Anak di Sekolah

DP3AP2KB Cimahi Libatkan Guru dan Orang Tua Cegah Kekerasan Anak di Sekolah--(Sumber Gambar: ilustrasi/Freepik)
RADAR JABAR, CIMAHI – Sebanyak 150 tenaga pendidik dari jenjang SD dan SMP se-Kota Cimahi mengikuti kegiatan Pendampingan Sekolah Ramah Anak yang diinisiasi oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi.
Kegiatan yang diselenggarakan di Aula A Gedung Pemkot Cimahi, Selasa (7/10/25), dengan semangat memperkuat peran sekolah sebagai ruang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan bagi seluruh peserta didik.
Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DP3AP2KB Kota Cimahi, Neneng Mastoah menjelaskan, upaya mewujudkan sekolah ramah anak tidak bisa dilepaskan dari konteks meningkatnya kesadaran publik terhadap isu kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan maupun rumah tangga.
Menurutnya, meskipun secara umum angka kekerasan di Cimahi menunjukkan tren menurun, kasus yang masih terjadi tetap menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
“Peningkatan kasus di situasi-situasi tertentu memang masih terjadi. Sampai sejauh ini, tingkat kekerasan di Kota Cimahi relatif masih lumayan banyak,” ujar Neneng saat ditemui usai kegiatan.
Ia menyebutkan, berdasarkan data pihaknya, sepanjang tahun 2024 tercatat ada 52 kasus kekerasan terhadap anak. Sedangkan pada 2025 hingga bulan Agustus, jumlahnya mencapai sekitar 40 kasus.
BACA JUGA:Bangkitkan Semangat Belajar, MTSN Kota Cimahi Gelar Seminar Motivasi untuk Siswa
“Sekarang sudah masuk bulan Oktober, mudah-mudahan tidak ada lagi tambahan kasus. Kalaupun masih ada, semoga angkanya tidak tinggi,” ungkap Neneng dengan penuh harap.
Ia menambahkan, kekerasan yang dialami anak bersifat variatif, mulai dari kekerasan fisik, verbal, hingga kekerasan seksual.
Karena itu, lanjut Neneng, pihaknya menilai upaya pencegahan tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan harus menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
“Ini tanggung jawab kita semua. Untuk menekan angka kekerasan, kita harus bersama-sama membangun kesadaran kolektif, memperkuat edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar kekerasan bisa benar-benar ditekan, bahkan kalau bisa mencapai zero case,” tegasnya.
Dalam konteks Sekolah Ramah Anak, Neneng menekankan pentingnya sistem pengawasan berlapis di lingkungan pendidikan. Ia menjelaskan, pengawasan tidak hanya menjadi tugas tenaga pendidik, tetapi juga melibatkan seluruh pihak yang berada di ekosistem sekolah.
Sumber: